PUAN Amal Hayati SAQO Al-Jailani

Pondok Pesantren K.H. Aminuddin.
Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia.

Monday, September 12, 2005

Rembulan Menangis

Seorang ayah menerima tragedi yang menimpa pada Intan, buah hatinya. Ayah ini menanggung beban berat, Intan buah hatinya telah diperkosa oleh seorang kakek berbau tanah. Intan sendiri masih duduk di kelas I SMPN. Ia telah dicabuli oleh seorang kakek sampai hamil 5 bulan. Kakek berwajah srigala ini kini melarikan diri, tidak bertanggung jawab. Intan sendiri masih berusia 14 tahun. Bagaimana itu semua bisa terjadi?

***


Rembulan Menangis

Oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Rembulan menangis
Diserambi malam
Intan buah hatimu di cabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang pun beku dalam luka
Untukmu saudaraku
Kami semua turut berduka
Lolong burung malam di rimba
Melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
Duka kami remuk didada
Doa kami, bersama-sama
Untukmu…
Untukmu…
Anginpun menjeit
Badai bergemuruh
Semuanya marah
Hanya iblis terbahak bersorak


Bait lagu Ebit G. AD melantunkan kesedihan para orang tua. Seperti kisah seorang ayah yang menjumpai tragedi menimpa Intan buah hatinya. Ayah yang menanggung beban berat. Intan buah hatinya telah diperkosa oleh seorang kakek berbau tanah. Intan sendiri masih duduk di kelas I SMPN. Ia telah dicabuli oleh seorang kakek sampai hamil 5 bulan. Kakek berwajah srigala ini kini melarikan diri, tidak bertanggung jawab.

Intan, anak perempuan berumur 14 tahun. Intan memasuki usia pubertas. Intan yang sedang mekar dan tumbuh, gembira berangkat ke sekolah SMP. Tiba-tiba suatu hari dipukul, diancam akan dibunuh. Akhirnya, Intan dipaksa berhubungan seksual dengan kakek-kakek bejat. Intan diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang tuanya. Intan diperkosa dan dibungkam. Intan telah dicabik-cabik tangan-tangan srigala. Ia telah dinodai oleh Iblis jahannam. Intan tidak tahu akibat perbuatan kotor itu. Perutnya harus menanggung janin. Ia tetap bungkam mesti perutnya terus bertambah besar. Ia tidak tahu apa-apa akibat persetubuhan itu. Ia hanya menangis, mengerang kesakitan seiring waktu berjalan. Intan yang malang dan harus menanggung hamil. Intan yang sebentar lagi harus melahirkan anak dari perbuatan keji kakek-kakek yang mencabulinya.

Intan hanya menanti pasrah dalam tangis. Ia terlalu dini menanggung penderitaan teramat berat dan menyakitkan. Hatinya terluka dan hidupnya hancur. Intan kesakitan tiap hari tiada peri. Intan tidak pernah tahu, kenapa ia harus menanggung kehamilan ini? Apa salahnya, hingga harus menanggung cobaan Tuhan sedemikian berat. Intan mestinya berlari dan bergembira disekolah saat usia pubertas, tetapi justru harus mengalami pendarahan dan kehamilan dari perkosaan.

Mengapa kekerasan kerapkali mengancam anak-anak? Intan hanyalah sekelumit kasus yang tengah nampak dipermukaan. Keresahan, ketidakamanan dan ketakutan kerap kali menghantui anak-anak. Ancaman yang terus menerus, mengakibatkan anak tidak mampu keluar dari penindasan orang dewasa. Anak-anak yang ditekan sedemikian rupa, hingga tidak berdaya. mereka dibungkam dan dibiarkan melara dalam ketertutupan. Ancaman akan cenderung menyerahkan segalanya. Anak-anak yang tidak punya kekuatan, akan mudah dihancurkan.

Modus yang dilakukan dalam kasus kekerasan anak ini, adalah memanfaatkan kelemahan anak untuk memuaskan nafsu bejatnya. Pelaku kejahatan selalu mencari orang lemah dan tidak berdaya. Usia anak-anak tergolong lemah. Usia yang perlu perlindungan keamanan. Usia yang butuh penjagaan dari orang tua. Bagaimana membekali anak-anak bersikap asertif? Anak-anak perlu diajarkan besikap asertif. Sikap berani menolak dan menghindari ancaman orang tidak bertanggung jawab. Mereka perlu diajarkan bersikap terbuka dan jujur atas segala yang menimpa tubuhnya kepada orang tua.

Hukum yang Bopeng

Wajah hukum yang bopeng, kiranya patut jadi perenungan bersama. Wajah hukum tidak memberikan rasa keadilan kepada orang-orang miskin. Orang-orang yang teraniaya hanya bisa menunggu tanpa kapan mendapatkan rasa keadilan. Orang-orang jahat dan kuat akan senantiasa bebas dari hukuman, selama tidak ada penegakan hukum. Selama hukum belum ditegakkan secara adil, anak-anak dan perempuan berada pada situasi terancam. Ancaman para pelaku kekerasan mendera hidup keseharian. Penegakan hukum atas pelecehan dan tindak asusila harus mendapat balasan hukum setimpal. Membiarkan para pelaku berkeliaran secara bebas, akan mengancam keselamatan jutaan anak-anak lain. Untuk itu, hukum yang adil perlu digerakkan guna menyeret para pelaku kekerasan kemuka pengadilan.

Pelaku kejahatan kepada anak-anak dibawah umur, merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan. Kejadian ini tidak bisa dibiarkan. Aparat hukum mestinya menegakkan hukum yang memberikan rasa keadilan. Para pelaku yang bebas berkeliaran hanya menambah pelaku makin beringas memangsa anak-anak tidak berdosa. Diam terhadap kekerasan berarti mendorong terwujudnya kekerasan baru yang akan muncul. Bisa jadi muncul dengan bungkus baru, dengan operandi lebih kejam dan terorganisir rapi. Selayaknya, Pelaku segera ditangkap dan diproses secara hukum negara yang berlaku. Hukum yang berpedoman pada harkat manusia.

Bagaimana kasus pencabulan itu akan dihadapi? Langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan konseling penguatan kepada keluarga korban. Rekaman wawancara konselor dengan salah satu ayah korban. Seperti contoh:

Konselor : Kapan Bapak mengetahui kejadian bahwa Intan, buah hati bapak telah hamil?
Klien : Waktu pulang dari kerja, saya tahu dari saudara saya,ia juga masih saudara tukang pijit. Mendatangi saya saat sore hampir magrib, ia berkata, “Intan hamil”. Ia mendengar dari tukang pijat. Sama ibunya memang Intan disuruh pijat, sebab Intan berseru, lelah, karena naik sepeda ke sekolah SMP. Seumpama tukang pijat langsung memberi tahu kepada saya atau ibunya tentang Intan, tidak akan mencuat berita ke kampung. Tapi tukang pijat tidak memberitahu apa-apa. Saudara saya kerumah hampir magrib, saya kaget setengah mati. Saya periksa dulu ke tukang pijat lainnya. Katanya mencari upah tukang pijat. Saya langsung ke dokter minta tes kencing. Kata Dokter, nanti kalau benda itu jernih, dicelupkan, berarti bersih. Sedangkan kalau tanda merah itu hamil. Mudah-mudahan tidak, “kata saya”. Setelah dites, ternyata tanda yang keluar keluar gambar arit seperti cengkeraman merah, tapi saya tidak percaya, sebab Intan sepulang sekolah momong adiknya, sore ngaji. Sehingga saya tidak menaruh curiga. Saya ke dokter Probolinggo membawa Intan, hasilnya dilihat dari komputer, terlihat hasilnya USG. Baru saya percaya setelah lihat hasil Foto USG, ketemu hamil antara 5-6 bulan.
Konselor : Bagaimana Bapak menanyakan kehamilan itu pada Intan?
Klien : Saya tidak ngomong jorok pada anak, saya bilang, “kamu hamil begini tidak bergerak anaknya?”. Sempat saya tanya, “kok gak ngomong”?. Intan bilang, “saya mau dibunuh pak”. Saya berkata, “Nak, saya mau menghadapi kalau kamu diancam siapapun”. Padahal saya tidak pernah memukul siapapun. Saya tidak curiga sedikitpun. Ketemunya ama dokter 5-6 bulan. Saya pernah menyalahkan ke Ibu-ibu (istri saya), Apakah kalau tiap bulan Intan ini, apa ada mensnya?. Katanya ibu,” tiap bulan masih mens itu”. Ibunya yang menyucikan celana dalam Intan. Kata orang, anak saya disebut hamil kemanten. Yaitu hamil tetapi tidak kelihatan.
Konselor : Bagaimana reaksi Bapak setelah tahu Intan hamil?
Klien : Begitu tahu yang melakukan bahwa kakek sepupu dari Intan. Terus saya ceritakan sama istri kakek. Ia bilang, “mungkin Intan itu nakal”, saya marah, “jangan disamakan anak saya dengan orang nakal”. Sampai dapat beberapa hari, istri kakek itu datang kerumah, memberi uang kepada saya untuk menggugurkan kandungan, sebesar tiga juta dua ratus rupiah. Dapat dua hari, diminta kembali. “Mana uang itu, kalau tidak dikasih uang penuh, sama dengan menjual Intan”. Kata istri kakek itu. Akhirnya saya musayawarah dengan istri, sebab kalau sudah 5 bulan, sama dengan membunuh. Berarti saya membunuh anak sendiri. Kalau menggugurkan kandungannya sama dengan membunuh ibu yang sedang hamil. Akhirnya saya simpan uang itu, saya kasih uang itu ke Istri kakek, saya diancam mau dipolisikan.
Konselor : Apa kata Intan kepada Bapak?
Klien : Pengakuan Intan yang memperkosa dua orang, yaitu kakeknya dengan orang laki-laki paruh baya yang lain.

Dari wawancara singkat tersebut, dapat diperhatikan modus pemaksaan kepada anak, selalu disertai dengan ancaman pembunuhan oleh pelaku. Intan yang masih berumur anak-anak diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang lain. Ancaman merupakan senjata ampuh pelaku kejahatan untuk memenuhi keinginannya. Ancaman kerapkali membuat kondisi anak labil dan depresi. Keadaan anak yang terancam tidak mampu melawan. Ia terpaksa melayani apa yang diperintah pengancam. Situasi terancam mengakibatkan kekerasan kepada anak datang bertubi-tubi. Ancaman pembunuhan dan tekanan yang dilakukan oleh kakek-kakek sangat menakutkan korban, hingga rela melakukan keinginan bejat kakek tersebut.
Jika ditelaah, ancaman yang dilancarkan berupa intimidasi kepada koban. Intimidasi untu menghabiskan nyawa korban dan seluruh keluarganya apabila memberitahukan perilaku bejat itu kepada orang lain. Modus ancaman seperti ini, merupakan ancaman tingkat tinggi, dimana seluruh akses komunikasi ditutup. Ketakutan membuat korban menjadi sangat diam, tertutup, dan bungkam seribu kata. Sikap diam menjadi taruhan Intan untuk membela orang-orang penting dalam hidupnya, seperti ancaman penghilangan nyawa orang tuanya, dirinya dan keluarganya. Akibatnya, korban menjadi sangat takut dan mengikuti saja apa yang diinginkan oleh pelaku.


Kasus kejahatan pemerkosaan kepada anak-anak memangseperti buah simalakama. Apabila anak melapor telah diperkosa kepada orang tua, maka ia akan mengalami ketakutan karena melanggar aturan/norma masyarakat. Korban takut merasa terhina akibat hilangnya keprawanannya. Disisi lain, ia belum mengetahui dampak dari perbuatan asusila tersebut. Konflik batin tersebut, memicu anak menjadi bingung dan memilih diam.
Faktor budaya timur, bahwa anak harus selalu baik dihadapan orang tua. Anak dididik untuk taat dan patuh serta tidak boleh melawan orang tua, menjadi pemicu ketakutan anak untuk membuka aib atau kejelekan yang dialami. Anak menjadi sangat tertutup dan tidak terbuka kepada orang tua. Apalagimengenai aib yang akan mencoreng muka orang tuanya. Ia lebih memilih untuk tetap diam dan bertingkah laku seperti biasa seakan tidak terjadi apapun yang tengah menimpa hidupnya.

Kesan inilah sebenarnya menjadi pemicu diamnya anak kepada orang tua. Anak tabu menceritakan kekerasan yang dialaminya. Ia menjadi sangat takut untuk bercerita apa yang tengah terjadi. Untuk mengikis budaya tertutup inilah, perlu mulai dari para orang tua bersikap aktiv, menanyakan peristiwa keseharian yang tengah dialami. Komunikasi orang tua dan anak sangat membantu terungkapnya kasus kekerasan yang mengitari anak-anak.

Komunikasi Orang Tua – Anak Perlu Proaktif

Komunikasi orang tua dan anak akhir-akhir ini menjadi tantangan bagi dunia global. Dimana anak memiliki kesibukan sendiri dan orang tua juga mengalami kesibukan tingkat tinggi. Anak sudah dilengkapi dengan permainan yang mengasyikkan, mulai dari Plays tation, game, acara TV, dan HP.demikian orang tua juga mengalami perubahan ritme kerja yang menyita keseluruhan waktu. Akibatnya dunia anak menjadi asing, jarang para orang tua punya waktu bersosialisasi di rumah bersama anak-anak, mengikuti permainan anak-anak dan meluangkan banyak waktu terlibat dalam urusan mereka. Orang tua sibuk ini terus menerus mencekoki anak dengan hadiah-hadiah mahal dan memanjakan anak dengan fasilitas teknologi tinggi. Anak sejak kecil sudah berhadapan dengan permainan game-game yang ada di internet, VCD dan HP.
Lain lagi, dengan tipe orang tua yang dirumah, tetapi tidak mengikuti dunia anak. Mereka setiap hari bertemu dan berkumpul bersama, tetapi sayangnya tidak ada komunikasi secara terbuka. Mereka lebih sekedar orang tua yang suka memerintah, mengancam dengan hukuman dan mencerca kesalahan anak. Anak terbangun hidup dalam kondisi ancaman, tertekan dan tertutup. Anak berusaha untuk menampilkan sikap pura-pura baik dihadapn mereka dengan mengikuti segala polah tingkah laku yang diinginkan oleh orang tuanya. Akhirnya anak menjadi terkungkung dalam tempurung rumah. anak yang tertutup akan cenderung besikap eksklusif.
Sikap eksklusif adalah sikap tertutup dan cenderung menutup diri dari pergaulan. Mereka mengembangkan sikap defensif dan tidak peka terhadap kritik. Mereka dibesarkan dengan sikap angkuh, dan cemas terhadap perubahan luar. Anak-anak yang ekslusif tidak terbuka dan selalu mencari muka. Perilakunya tidak asli, tetapi berpura-pura.

Fenomena ini tampak dalam budaya timur, terutama di pedesaan, yang rata-rata hidup dibawah garis kemiskinan. Pola asuh yang dikembangkan lebih banyak menghukum anak dan mencerca anak mereka. Akibatnya, mereka dibesarkan menjadi anak penakut dan tidak mampu terbuka. Kreativitas mereka telah dibunuh sejak dini, seiring dibesarkan dengan cara yang otoriter.

Lalu bagaimana komunikasi yang proaktif digagas? Cara yang bisa dilakukan ialah dengan cara demokratis. Orang tua sedapat mungkin mengungkap kreativitas anak sejak dini. Para orang tua harus banyak menanyakan kepada anak hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Jika sejak kecil anak dirangsang oleh pertanyaan, maka imajinasi anak akan tumbuh pesat. Bukan sebaliknya, para orang tua melarang anaknya berbicara banyak. Melarang anak berbicara atau menyuruh diam lambat laun membunuh sikap kritis anak.

Di Amerika, anak dikembangkan dalam budaya komunikasi yang terbuka. Anak dipicu dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dan diuji daya tangkap anak terhadap persoalan. Anak juga dibiarkan bebas melakukan aktivitas sesuai dengan ingin dan kebutuhan anak. Sedangkan di budaya Asia, anak dipelihara dan tidak dibiarkan bebas melakukan apa yang diinginkan. Anak harus tunduk patuh pada pola yang diinginkan orang tua, misalnya menjadi anak manis, anak penurut dan anak yang tidak banyak tingkah.

Anak-anak yang dibesarkan dengan budaya otoritier melahirkan anak-anak yang introvert, anak yang tertutup. Anak terlalu diam, menghambat bereksplorasi. Anak-anak pasif tidak mampu bangkit dari keterpurukan masalahnya. Mereka tumbuh sebagai anak tidak percaya diri. Mereka bersikap apatis dan pasif. Kreativitas mereka tidak nampak dan mudah menyerah kepada nasib. Anak menjadi boneka para orang tua. Mereka tidak bisa membuat keputusan dan bergantung pada orang lain. Akibatnya, walau pendidikan mereka tinggi, masih banyak ditemukan orang-orang yang tidak bisa bangkit, masih selalu bergantung pada orang tua. Lebih naif lagi, masih banyak ditemukan orang-orang dewasa dan sudah berkeluargapun, masih menggantungkan hidup pada orang tua mereka.

Sikap proaktif akan mendorong anak bersikap aktif. Proaktif orang tua menghantarkan anak bersikap terbuka, apa adanya dan jujur. Proaktif orang tua memacu imajinasi anak menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anak mengasah daya khayal mereka secara tinggi. Pengembangan sikap proaktif selayaknya dimulai dari para orang tua, guru, dan orang dewasa. Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh penting bagi anak-anak.

Karakter Orang Tua Efektif

Peran orang tua yang baik merupakan idaman setiap orang. Mereka berlatih keras menjadikan keluarga harmoni. Orang tua yang mencerminkan karakter kuat itu ditandai dengan sabar, mampu menyelesaikan masalah, cepat dan kehidupannya senantiasa meningkat. Orang tua yang efektif akan menyelesaikan persoalan secara keatif. Mengapa perlu menjadi orang tua efektif ? Tugas orang tua ialah memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya.

Perawatan terhadap anak-anak yang mengalami perkosaan

Kasus Pemerkosaan anak (Mutilation).
Seorang bocah Gili Ketapang yang berumur 11 tahun memperkosa sepupunya sendiri yang berumur 8 tahun. Kasus ini membawa kekerasan terhadap anak perempuan dibawah umur. (RadarBromo, Selasa, 19 April 2005). Mencermati kasus kekerasan seksual anak dari segi perkembangan umur sangat menarik. Dalam fase perkembangan, anak usia 3-5 tahun, anak sudah mulai mempertanyakan tentang organ seksual kepada ibunya. Anak-anak sering kali bertanya, hal-hal yang dialami dan dirasakannya, seperti, mengapa ia berbeda dengan perempuan dan sebaliknya. Apabila orang tua tidak menjelaskan fase ini sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka akan mengalami penundaan tugas perkembangan. Pertanyaan anak menjadi tidak terjawab dan terus menghantui pikiran dan perasaannya. Pada tahap inilah orang tua berperan untuk memberikan penjelasan sesuai dengan usia anak-anak. Bagaimana cara menjelaskan pada anak yang bermur 3-4 tahun? Sedapat mungkin orang tua mau menjawab dengan logika anak. Misalnya, ketika anak menanyakan dari mana mereka lahir? Maka orang tua, bisa mengajak anak untuk menjawabnya, seperti pertanyaan, kalau menurut anak dari mana? Dengan begitu, mereka akan menjawab sesuai dengan khayalannya dan imajinasi anak. Ketika anak menjawab itulah maka orang tua perlu mengajak anak mengeksplorasi semaksimal mungin imajinasi anak yang terbangun dari penglihatan mereka terhadap film televise, majalah, gambar dan kesehariaan yang mereka serap. Namun, jika orang tua memarahi anak dan menganggap hal itu pertanyaan yang tabu, maka anak akan tidak kreatif dan ters berada dalam keraguan. Anak akhirnya tidak mengetahui dan tugas perkembangan hidupnya menjadi tertunda.

Kasus kekerasan anak, berasal dari budaya yang melingkupi kesehariaan anak dimana mereka tumbuh dan berkembang. Seorang naka meman belum mampu mencerna nilai-nilai dengan rasional. Konsep libido seksual pada anak-anak yang tanpa piker itulah menuntut pemahaman dari orang tua secara arif dan bijak. Anak akan bertanya apa saja dan menjadikan apa yang mereka lihat sebagai pelajaran. Maka dari itu, pendampingan anak saat menonton film televise terlebih film yang bernuansa cinta dewasa, perlu dibingkai lagi dengan cerita dari orang tua untuk memberikan nilai-nilai bagi anak. Karena dimata anak, orang tua adalah orang yang selalu benar.

Anak-anak yang melakukan kasus kekerasan seksual, seperti mutilation, yaitu melakukan kekerasan terhadap organ seksual, pemerkosaan, dalah bentuk dari konsep Frued yang menyebutkan bahwa pada usia terentu anak-anak akan dimengalami libido seksual mendominasi. Kasus Sohib merupakan bentuk tugas perkembangannya tertunda, sehingga melampiaskan libido seksualnya kepada sepupunya yang berumur 8 tahun.
Bagaimana mengatasi anak-anak yang sedang tumbuh berkembang agar tercegah dari kekerasan seksual? Langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pendampingan kepada anak-ananya dalam berbagai aktivitas. Sebanyak mungkin orang tua terlibat penuh terhadap kehidupan anak. Ada penelitian, bahwa orang tua yang konsisten mematikan televise setiap jam-jam belajar anak, maka prestasi anak akan meningkat. Bahkan orang tua yang tidak membeli televisi sampai usia anak SMP, prestasi akademik anak disekolah meningkat tiga kali lipat.

Sikap konsisten inilah yang akan memberikan anak nuansa aktivitas bersama dengan keluarga secara akatif untuk melakukan banyak hal bersama anak-anaknya. Bagaimana peran sekolah mencegah terjadinya kasus pemerkosaan anak? Sekolah punya banyak cara memberikan pendidikan reproduksi kepada anak-anak di sekolah dasar (SD). Materi kesehatan reproduksi dirangkum bisa dilakukan dengan kurikulum muatan local yang berisi sejumlah pengetahuan tentang organ-organ reproduksi yang harus dijaga dan dilindungi oleh anak-anak. Pendidikan reproduksi ini penting diberikan sejak awal anak-anak menjelang masa pubertas, atau akil baligh. Anak-anak akan siap ketika terjadi perubahan bentuk tubuhnya, seperti pada perempuan akan menstruasi dan laki-laki mulai mimpi basah. Pengetahuan reproduksi sejatinya akan menyalamatkan anak-anak dari kekerasan seksual yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Anak sejak awal akan memiliki ketegasan sikap untuk berkata tidak, apabila ada orang yang menyuruh mereka membuka celana, membuka bajunya, meraba alat-alat reproduksi seperti payudara, vagina, penis, dsb. Anak akan bisa melindungi tubuhnya sendiri dari kekerasan pelecehan seksual.

Memberi keselamatan kepada anak-anak adalah tanggung jawab kita bersama. Menghantarkan anak-anak secara layak menghadapi tugas perkembangan hidupnya merupakan hak-hak anak yang harus diberikan sebaik yang kita bisa. Anak perempuan yang diperkosa dibawah umur tidak bersalah. Kekerasan menimpa tubuhnya akibat tindak kejahatan. Mereka adalah korban kekerasan secara biadab. Mereka patut dilindungi dan dirawat secara baik. Korban pemerkosaan tidak sepatutnya di nista, apalagi disia-siakan hidupnya. Mereka niscaya mendapatkan perawatan secara fisik dan psikis. Mereka mesti tetap bangkit melanjutkan hidupnya. Bagaimana lembaga itu bisa memulihkan luka para korban?

Lembaga tersebut melindungi korban secara aman. Tempat merawat korban yang tengah hamil, melahirkan dan pasca melahirkan. Tempat berlindung para korban tindak kekerasan, seperti panti rehabilitasi, pesantren, dan panti asuhan. Lembaga penampungan anak-anak yang mengalami kekerasan membantu mengobati rasa trauma, depresi dan penyakit somatik lainnya. Kesehatan mental mereka yang mengalami tindak kekerasan perlu dipulihkan dengan terapi. Terapi yang perlu diberikan pada kasus-kasus perkosaan harus menyeluruh, mulai dari eksplorasi psikis yang tergoncang sampai persiapan menghadapi hidup selanjutnya pasca melahirkan.

Tidak mudah bagi seorang anak melahirkan, apalagi belum ada kesiapan mental secara lahir dan batin. Anak yang mengalami kehamilan diluar keinginannya memiliki konsekwensi gangguan psikis yang harus disembuhkan. Misalnya, bagaimana kesiapan mereka melahirkan? Bagaimana mengasuh anaknya? Siapa yang bertanggung jawab membiayai anak yang dilahirkan? Seandainya anak tersebut diadobsi orang lain, bagaimana merelakan buah hatinya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus bergelayut memicu keresahan dan kegundahan hati. Dengan memberikan terapi khusus bagi anak-anak yang mengalami korban perkosaan, akan membantu mereka sadar dan menghadapi hidup dengan lebih tenang dan menerima resiko.

Cara terapi untuk anak-anak korban perkosaan dimulai, dengan:
(1). Mencari akar penyakit yang dideritanya. Jika penyakitnya diketahui, maka obat yang diberikan haruslah mampu menghilangkan rasa sakit. Contoh, jika anak terlanjur diperkosa dan memiliki kelainan mental menjadi sangat tertutup, maka anak perlu dilatih bersikap asertif (terbuka) kepada orang lain. Dengan melatih sikap terbuka, maka akan lebih mudah bagi anak tersebut menerima dan sadar diri keadaannya. Anak menjadi tegar dan waspada untuk tidak mengulangi perbuatan takutnya dengan diam. Namun, jika anakmenjadi trauma dan merasa terancam terus menerus, maka membongkar ketakutan anak tersebut dengan teknik konfrontasi dan melawan keyakinan tidak rasional. Terapis harus melatih anak untuk mengedepankan nilai-nilai rasionalitas untuk menuntun diri mereka.
(2). Memperbaiki rasa percaya diri. Anak perlu di berikan obat atau cara-cara melawan rasa takut. Rasa takut tersebut akan muncul kalau anak tidak percaya diri. Rasa takut berlebihan merupakan gejala depresi. Takut yang tidak beralasan menjadikan anak-anak sakit mental. Gangguan tersebut membuat anak tidak berkembang optimal. Dengan memperbaiki rasa percaya dirinya, akan membantu mereka memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk terus tumbuh berkembang seperti anak-anak yang lain.
(3). Memberikan jalan untuk kembali mengenyam pendidikan. Anak yang telah diperkosa berhak melanjutkan sekolahnya. Jika saat mengalami kehamilan harus berhenti atau cuti sekolah, maka setelah selesai melahirkan, perlu memperoleh haknya kembali bersekolah seperti anak lain. Misalnya anak yang masih duduk disekolah menengah, bisa menyelesaikan sekolahnya hingga tamat. Mengapa sekolah itu penting? Dengan bersekolah lagi, mereka memiliki kesibukan dan tidak larut dalam kesedihan yang menimpanya. Dengan kembali ke bangku sekolah, ada harapan masa depan anak jauh lebih baik, dari pada diam dirumah.

Selengkapnya...





Pembajakan Cinta

Suatu hari, ditengah panas matahari, kedua pasangan kekasih membuat keputusan untuk lari dari rumah. Mereka pergi untuk menghindarkan pertengkaran dengan ibunya. Mereka pergi ke sebuah tempat untuk memaksa agar orang tua mereka merestui hubungan cinta keduanya. Mereka lari dari rumah membawa asmara membara. Mereka lupa bahwa apabila seorang laki-laki dan perempuan berduaan, selalu ada syetan yang menggoda. Godaan untuk melakukan kejahatan. Mereka tertipu syetan dan menodai cinta asmara mereka. Mereka memadu kasih terlarang sebelum ikatan perkawinan. Lantas, apa yang terjadi?

***


Pembajakan Cinta


Oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Suatu hari, ditengah panas matahari, kedua pasangan kekasih membuat keputusan untuk lari dari rumah. Mereka pergi untuk menghindarkan pertengkaran dengan ibunya. Mereka pergi kesebuah tempat untuk memaksa agar orang tua mereka merestui hubungan cinta keduanya. Mereka lari dari rumah membawa asmara membara. Mereka lupa bahwa apabila seorang laki-laki dan perempuan berduaan, selalu ada syetan yang menggoda. Godaan untuk melakukan kejahatan. Mereka tertipu syetan dan menodai cinta asmara mereka.


Tiga hari keduanya pergi dan melepaskan diri dari kenyataan. Mereka memadu kasih terlarang sebelum ikatan perkawinan. Pemuda saling berjanji akan menikahi pemudi. Janji palsu diucapkannya, membuat pemudi memberikan segalanya. Tubuh dan hatinya diserahkan ke pemuda. Mereka terbajak oleh rayuan asmara palsu. Merekapun telah melakukan hubungan suami istri tanpa merasa terpaksa. Mereka memang suka sama suka. Namun, asmara mereka harus berakhir dengan cara cepat, dan menanggung penderitaan panjang.

Mereka tidak punya uang untuk terus lari. Mereka tidak bisa menikmati kemesraan terus menerus dengan cara bersembunyi dari keluarga. Mereka masih terlalu belia dan masih bergantung secara finansial pada orang tua. Hidup tidak bisa hanya dengan cinta. Orang hidup butuh makan dan minum. Merekapun sadar bahwa uang mereka habis. Dan selanjutnya mereka mulai mencari cara bagaimana bisa bertahan hidup dengan terus bersenang-senang.

Sementara, orang tua si pemudi menangis, menjerit mengetahui permata hatinya dibawa lari pemuda. Mereka melaporkannya ke polisi dengan kasus penculikan. Malang benar nasib kedua pasangan yang sedang memadu kasih. Mereka digerebek polisi, si pemuda dinista dan dihukum karena membawa lari anak orang.

Pemuda itu kini harus menghadapi hukuman. Ia tertuduh membawa lari pacarnya sampai tiga hari. Sementara si perempuan, harus menanggung malu karena telah dinodai kesuciannya. Konflik diantara orang tua mereka juga bertambah pelik. Orang tua pemuda mengancamnya tidak akan menikahi perempuan yang telah membuatnya masuk penjara. Sedangkan si ibu pemudi, tidak rela menyerahkan anak perempuannya menikah dengan pemuda yang berniat menyia-nyiakan anaknya.

Semua keluarga telah menderita. Ibu pemudi merasa malu, bingung melihat keadaan anak perempuannya yang telah ternoda keperawananya. Anaknya yang terus mencintai pemuda yang telah menodainya. Sementara pemuda menaruh dendam dan bertekad untuk menceraikan jika dipaksa menikahinya. Konflik terus berlanjut dan menyisakan tangis diantara dua keluarga.

Cinta mereka telah berubah dendam. Cinta palsunya mengobrak abrik keharmonisan hubungan. Konflik mereka telah memisahkan hati keduanya. Cinta telah berubah menjadi benci. Pasangan muda mudi telah dibajak oleh cinta palsu. Cinta yang hanya mengutamakan hasrat seksual. Cinta yang tidak menjaga kesucian jiwa dan raga. Cinta yang mengabaikan pernikahan suci. Cinta buta yang akhirnya membuat penderitaan karena hancurnya perasaan kasih sayang diantara keduanya. Kini tinggal meratapi penyesalannya.

Ibu pemudi selalu gelisah dan menangis memikirkan permata hatinya yang telah dinodai oleh pemuda yang tidak bertanggung jawab. Ia ketakutan dengan ancaman keluarga pemuda yang akan menceraikan putrinya kalau dipaksa untuk menikah. Kalaupun mau menikahi putinya, sewaktu-waktu akan terancam menceraikannya. Kini, merekapun tinggal meratap dan berharap akan ada kesadaran dari akibat perbuatan angkuhnya. Perasaan harga dirinya yang telah tercabik-cabik. Kehormatan Intanknya yang telah direnggut sebelum serah terima (ijab qobul) secara hukum agama.

Pemudi terkapar sendirian dipojok kamar. Merenungi kisah cintanya yang telah jadi puing-puing kehancuran. Hatinya hampa sepertinya luka. Sekujur tubuhnya lelah tidak berdaya. Perasaannya kalut dan kcau. Ia selalu memikirkan kekasihnya yang di bui. Ia merasa hancur dan luluh lantak. Pemudi ketakutan dan terancam menanggung kehamilan. Ia menyesali perbuatannya yang lalu sebagai dan bukti cintanya yang tulus kepada pemuda berbuah derita yang pahit. Pemudi yang harus menanggung beban psikologis parah akibat penyimpangan perilaku cintanya. Pemudi kini harus bertarung untuk menggugurkan kehamilannya jika nantinya ia tidak lagi menstruasi. Pemudi yang harus memiliki rasa berani melawan aib keluarga.

Kondisi psikologisnya yang malu, membuatnya menutup diri dari teman-temannya. Semua orang terasa mencibir dan mencemoohnya. Ia terseok-seok meratapi kisah cintanya yang telah hancur. Cerita diatas, adalah contoh pembajakan cinta palsu. Cinta yang dilakukan dengan mengikuti hasrat seksual semata. Cinta yang mengabaikan kesucian dan kehormatan harga dirinya. Cinta yang dihargai secara rendah. Cinta yang tidak menuntunnya untuk berdamai dengan keluarga.

Cinta nafsu menhhargai diri rendah. Cinta yang tidak mengagungkan nilai-nilai agama. Mengabaikan nilai kesucian diri sebelum jenjang penikahan. Cinta palsu menelantarkan jiwa raga, merenggut kehormatannya. Cinta membajak kejernihan berpikir dan resiko akibatnya. Cinta nafsu mendesakkan dorong impulsif demi tercapai kesenangan raga. Cinta nafsu tidak memandang harkat perempuan.

Bagaimana nasib bagi perempuan ternoda? Hidup getir dan perih. Namun hidup mesti ditapaki agar langkah terus dilanjutkan. Pilihan hidup hanya dua, antara sukses dan gagal. Antara bahagia dan sedih. Diri sendirilah yang menuntunnya, apakah cinta membajak kepalsuan atau cinta menuntun kesucian. Kesucian yang di relakan Tuhan. Kitalah pemegang kunci cinta, apakah dipalsukan atau dibeningkan?. Cinta sebuah sikap diri yang menuntun kebenaran dan kejujuran. Cinta murni menjadi mata hati menerangkan sedangkan cinta nafsu membutakan nurani. Terserah kita mau bersikap, kreatif atau pasif. Memaknainya agar terasah bersih lahir dan batin atau terperosok nafsu kotor.

Kekerasan pembajakan cinta menciptakan lingkaran setan tidak berujung. Orang yang ternoda dan kehilangan harga diri tidak akan percaya diri. Mereka menyalahkan diri dan gagal. Hilangnya rasa percaya diri membuatnya berhenti berusaha, lari dari masalah. Ia merasa cukup gagal dengan pengalaman pahit. Hidupnya hancur lebur. Ia tidak merefleksi kegagalan yang terjadi. Ia tetap saja merasa dirinya benar dan tidak menerima resiko akibat perlakuannya.

Konflik antar keluarga makin melebar. Orang-orang disekitarnya tidak lagi mempercayai keduanya. Mereka tercerai berai oleh konflik yang menekannya. Tekanan sosial makin tinggi. Misalnya, lingkungan keluarga saling membenci, membuat pemudi terus tersudut. Akibatnya hidup tidak bahagia. Ia dikelilingi oleh kesedihan dan kepedihan. Kekerasan yang dialami pemudi bertubi-tubi, mulai dari hilangnya kesuciannya, tidak ada komunikasi dengan teman dan orang tuanya. Ia tertutup, dan merasa sendirian menghadapi penderitaannya. Tubuhnya terguncang dihantui ketakutan hamil. Perasaannya susah dan sering menangis pilu menyayat hati. Tidak ada seorangpun yang bisa memahami kebisuan hatinya. Jiwanya telah mati ditelan pembajakan cinta palsu. Cinta fatamorgana hilangkan kecerdasan hatinya. Cintanya tertutup mendung hitam. Cinta nafsu melahirkan lingkaran setan.


Selengkapnya...





Selingkuh, Racun Keluarga

Seorang istri berteriak lantang kepada suaminya, “Mas, pergilah dan jangan urus dengan siapa akau pergi”. Suaminya tidak kalah lantang menjawab, “Baik, saya akan pergi dan urus dirimu sendiri”. Pertengkaranpun terjadi disebuah keluarga kecil. Apa yang selanjutnya terjadi?

***


Selingkuh, Racun Keluarga


oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Seorang istri berteriak lantang kepada suaminya, “Mas, pergilah dan jangan urus dengan siapa akau pergi”. Suaminya tidak kalah lantang menjawab, “Baik, saya akan pergi dan urus dirimu sendiri”. Pertengkaranpun terjadi disebuah keluarga kecil. Mereka saling menggerutu dan menyalahkan satu sama lain. Mereka seakan lupa ikatan perjanjian sucinya kepada Tuhan. Mereka pergi meninggalkan rumah yang telah mereka bangun berdua. Si istri pulang ke rumah ibunya, sedang suami pergi entah kemana. Mereka menghabiskan hari dengan saling diam dan tidak ada komunikasi.

Rumah mereka lengang, hiruk pikuk tetangga mulai bertanya, kemana mereka pergi? Tak satupun yang mau perduli dengan percekcokan dikeluarga tersebut. Perlahan, istri tersebut mulai gelisah, karena hidup sendirian. Istri muda itu mulai keluar rumah dan bertemu dengan laki-laki lain. Ia pun berkenalan dan saling curhat. Merekapun menjalani persahabatan. Setiap saat mereka mengadakan janji untuk bertemu, makan bersama dan kadang laki-laki lain itu memberikan uang belanja pada istri tersebut.

Demikian, juga jauh disebrang sana, si suami mulai kesepian, ia bertingkah laku tidak seperti biasanya. Seringkali pergi ketempat-tempat hiburan dan melakukan perkenalan dengan gadis-gadis muda belia. Perselingkuhan terjadi diantara mereka. Entah, kerisauan itupun menjadi langgam hidup keduanya. Mereka tidak tenang dan terus menerus menanam ketidakpercayaan diantara keduanya. Mereka saling berkasak-kusuk dan saling membalas dendam. Tidak ada yang bahagia diantara keduanya. Ditengah kekalutan hidup yang saling selingkuh, si istri kerapkali menangis dan menceritakan kesepiannya kepada adik perempuannya. Ia menginginkan rumah tangganya kembali seperti sedia kala, bersatu dalam rumah tangga sakinah. Adik perempuannya itulah yang mencari tahu banyak tentang kasus perselingkuhan diantara keduanya. Adik perempuan ini mengupayakan jalan untuk bersatu. Ia mencari orang berpengaruh kuat agar mempersatukan kembali. Orang yang mampu menjadi mediator dari hubungan mereka yang renggang. Dengan segala usaha keras, mempertemukan antara suami dan istri, berbicara terbuka dan jujur. Akhirnya, mereka berdua memperoleh kesadaran (insight). Sebentuk kesadaran menerangi langkah mereka. Sinar indah cahaya perdamaian suami istri. Merekapun berniat kembali kerumah mereka dan bersatu dalam naungan kasih sayang diantara keduanya.

Mereka mulai menyadari bahwa perselingkuhan yang dialami keduanya makin menghilangkan rasa percaya antara satu sama lain. Perselingkuhan hanya membawa neraka dalam perkawinan. Akar kekerasan keluarga terjadi diawali oleh rasa tidak percaya diantara keduanya. Mereka saling memberikan racun dan menduga-duga pasangannya dengan cara-cara yang menyakitkan satu sama lain. Pikiran negatif memicu permusuhan dan menebar benci.

Sekelumit kasus diatas, memberikan pelajaran pada keduanya untuk saling menjaga rasa percaya antara istri dan suami. Kesadaran merupakan hal utama sebuah perselisihan. Menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan bertekad memecahkan masalah. Kesadaran mendorongnya tidak melakukan kembali kesalahan yang lalu. Kesadaran menumbuhkan rasa percaya. Mengapa kepercayaan dibutuhkan dalam membina hubungan? Kepercayaan merupakan fondasi dari ikatan pernikahan. Kepercayaan merupakan modal melangsungkan hidup rumah tangga. Rasa percaya memberikan kepercayaan yang lebih besar. Kepercayaan merupakan kunci membangun kasih sayang. Banyak keluarga hancur karena tidak adanya rasa percaya. Kepercayaan menjadi pengikat diantara kedua pasangan laki-laki dan perempuan.

Kasih sayang merupakan sayap pasangan. Kasihnya mampu mendorong sepasang keluarga terbang tinggi dan jauh menghirup bahagia. Bukankah Tuhan menganugrahkan kepada manusia kasih sayang di muka bumi ini? Kepercayaan menumbuhkan rasa kasih sayang disetiap diri pasangan, baik suami dan istri.


Selengkapnya...





Perahu Tenggelam

Suatu pagi, seorang ibu dengan dua anak-anak tergopoh-gopoh mendatangi pesantren. Ia meneteskan air mata tidak tahu lagi kemana akan melangkah. Kampung halamannya telah tidak memberikan kenyamanan untuk tinggal. Setiap hari digunjing tetangga karena tumpukan hutang suami tempo dulu. Suami yang kini telah berdua dengan perempuan lain. Suami yang telah membohonginya. Ibu muda itu menangis darah, menceritakan penelantaran yang tengah dihadapinya. Ia tidak dicerai bertahun-tahun, sementara suami hidup dengan perempuan lagi di kota lain. Ia menghidupi kedua anaknya dengan meminta belas kasihan dari keluarga dan saudara-saudara disekitarnya. Bagaimana kelanjutannya?

***


Perahu Tenggelam

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Suatu pagi, seorang ibu dengan dua anak-anak tergopoh-gopoh mendatangi pesantren. Ia meneteskan air mata tidak tahu lagi kemana akan melangkah. Kampung halamannya telah tidak memberikan kenyamanan untuk tinggal. Setiap hari digunjing tetangga karena tumpukan hutang suami tempo dulu. Suami yang kini telah berdua dengan perempuan lain. Suami yang telah membohonginya.

Ibu muda itu menangis darah, menceritakan penelantaran yang tengah dihadapinya. Ia tidak dicerai bertahun-tahun, sementara suami hidup dengan perempuan lagi di kota lain. Ia menghidupi kedua anaknya dengan meminta belas kasihan dari keluarga dan saudara-saudara disekitarnya. Ia sendiri tidak bekerja, karena memang tidak memiliki skill keterampilan memadai. Ia hanya menggendong bayi mungil hasil cintanya.
Ibu muda dengan fasih meluncurkan cerita pedihnya, cerita yang bertahun-tahun ia pendam dan terkunci dalam hatinya. Cerita yang pilu dan tragis tentang suami yang sering selingkuh dan menelantarkan rumah tangga. Suaminya telah beristri lagi tanpa izinnya. Suaminya tidak memberikan nafkah kepada kedua anak-anaknya. Kini, anak pertama sedang duduk di sekolah dasar dan anak keduanya masih dalam gendongannya. Suaminya juga meninggalkan hutang jutaan rupiah ke para tetangga, serta meminjam barang-barang berharga (emas).

Ceritanya berhenti sebentar, ibu muda diam dan menundukkan kepalanya, kembali mengingat kenangan hitam masa lalunya. Iapun terus bertutur tentang kisah kenapa suaminya banyak berhutang ke tetangga? Dulu, suaminya berkeinginan untuk kerja ke negeri jiran. Suaminya membutuhkan biaya mengurus kerja ke Malaysia. Akhirnya suaminya berusaha pinjam kesana kemari dibantu olehnya. Tapi ternyata, uang itu dibuat menikah dengan perempuan lagi dikota lain.

Awalnya, ibu muda tersebut tidak percaya kalau suaminya menikah lagi, a membawa anaknya menyusul ditempat suaminya tinggal secara diam-diam. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bahwa suaminya tinggal dirumah perempuan lain. Awalnya, ia menegurnya dengan mengantarkan anaknya menemui suaminya dikediaman perempuan lain itu, Tapi suaminya seakan tidak bergeming dan menyangkal bahwa itu adalah anaknya. Hatinya luka dan perih. Ia berniat untuk berpisah selamanya.

Namun, tidak lama kemudian, suaminya datang lagi ke kota ibu muda. Ia minta maaf dan berjanji tidak mengulangi perbuatannya. Ibu mudapun dengan tulus memberikan maaf dan berusaha membina kembali hubungan suami istri. Akhirnya, ibu muda tersebut hamil anak kedua. Seiring kehamilannya, suaminya mulai bertingkah lagi. Suaminya membuat rumah tangganya retak kembali. Suaminya seringkali pergi dan tidak memberikan nafkah. Berbulan-bulan ia tinggal sendirian. Mengasuh anak sendirian sambil hamil, membutuhkan kesabaran yang gigih. Iapun bertahan sampai melahirkan. Sedang suaminya pergi bercumbu keperempuan lain.

Kini, ia hidup dengan kedua anak-anaknya. Sedang suaminya ada di kota lain bersama perempuan. Iapun pasrah dengan keadaan hidupnya, tidak memperoleh nafkah bertahun-tahun untuk membesarkan kedua anaknya. Iapun tidak diceraikan oleh suaminya. Posisinya menggantung, tanpa kejelasan nasib.

Sementara, tiap hari ibu muda harus sabar dengan tagihan hutang suaminya. Ia kalut, bingung, sedih setiap kali orang se desanya mencerca. Ia tidak tahu lagi kemana membawa diri dan membesarkan kedua anaknya. Ia sendiri tidak bisa bekerja karena pendidikan dan ekonominya yang miskin.

Ibu muda kembali menyeka air matanya, Ia hanya ingin terus hidup dan meminta cerai kepada suaminya. Ia hanya ingin terbebas dari hutang-hutang suaminya yang tengah melilit hidupnya. Ia hanya ingin anaknya hidup dan terus sekolah. Ibu muda yang terus berjuang melawan kekerasan yang terus menghimpit hidupnya.

Pasrah Pasif

Cerita diatas menunjukkan sikap pasrah seorang muda menghadapi suaminya yang tidak bertanggung jawab. Sikap Ibu muda yang terus dalam kubangan penderitaan. Ada tipe-tipe orang yang menerima saja kekerasan yang tengah dihadapi. Mereka orang-orang yang tidak sadar, bahwa diri mereka tengah menghadapi kekerasan dari suami yang seharusnya jadi tulang punggung hidupnya. Suami yang semestinya melindungi dan memberikankasih sayang, malah menelantarkan hidupnya.

Bagaimana seorang istri menghadapi realitas poligami? Tidak mudah bagi setiap seorang istri menerima kehadiran perempuan lain. Sama halnya, tidak akan rela suami mendapati istrinya berkencan dengan laki-laki lain.

Seorang perempuan juga berhak mengajukan gugatan cerai kepada suami yang telah menelantarkan dan menyakiti hatinya. Ibu muda itupun pergi mencari cara bagaimana memperjuangkan kebebasan hidupnya. Dengan mengumpulkan keberaniannya, ibu muda itu melaporkan suaminya ke pengadilan agama. Entah, perasaannya berkecamuk kacau. Tidurnya tidak nyenyak memikirkan apa yang akan terjadi di pengadilan agama nanti. Di tengah kekalutan itulah, ibu muda pergi ke pesantren, berharap ada orang-orang yang mau mendampinginya. Ada orang yang mau membelanya. Ada kekuatan yang bisa membantunya melepaskan diri dari hutang-hutang suaminya, dan memperoleh nafkah bagi kedua anaknya.
Dalam dirinya, tekad sudah bulat meninggalkan kenangan bersama suaminya untuk bercerai. Penderitaan demi penderitaan yang diberikan oleh suaminya telah membuatnya mengerti. Tidak ada gunanya meneruskan rumah tangga bersama suami yang menyakiti hatinya. Kini, hanya anak-anak yang mampu menyeka air matanya. Dan anak-anak pula yang membuatnya bangkit melawan penindasan. Ketegarannya menuntunnya menghadapi segala resiko dipengadilan nanti. Secercah harapnya, mampu menerangi jalan hidupnya kembali, setelah sekian lama terbelenggu oleh kelabunya hari.
Selengkapnya...





Permata Retak

Malam itu, seorang perempuan usia 20 tahun, belum menikah, tetapi tengah hamil 8 bulan. Perempuan ini mulai kesakitan. Perutnya mengalami tanda-tanda akan melahirkan. Tidak ada suami yang mendampinginya, seperti kebanyakan para ibu-ibu yang lain. Perempuan ini berbeda, ia memiliki riwayat hidup yang berkelok. Tidak seperti biasanya, seorang perempuan ini disebut “janda kembang” di desa. Janda muda ini pernah menikah dengan laki-laki yang ternyata telah memiliki istri. Perempuan muda ini terpaksa minta menikah karena hamil terlebih dahulu. Namun, setelah pernikahan itu dilangsungkan, perempuan ini ditinggalkan begitu saja. Perempuan ini akhirnya memiliki satu anak. Kini lelaki yang menikahinya pergi, entah kemana. Mungkin lelaki itu telah kembali ke istri pertamanya. Bagaimana kelanjutannya?

***


Permata Retak


Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Malam itu, seorang perempuan usia 20 tahun, belum menikah, tetapi tengah hamil 8 bulan. Perempuan ini mulai kesakitan. Perutnya mengalami tanda-tanda akan melahirkan. Tidak ada suami yang mendampinginya, seperti kebanyakan para ibu-ibu yang lain. Perempuan ini berbeda, ia memiliki riwayat hidup yang berkelok. Tidak seperti biasanya, seorang perempuan ini disebut “janda kembang” didesa. Janda muda ini pernah menikah dengan laki-laki yang ternyata telah memiliki istri. Perempuan muda ini terpaksa minta menikah karena hamil terlebih dahulu. Namun, setelah pernikahan itu dilangsungkan, perempuan ini ditinggalkan begitu saja. Perempuan ini akhirnya memiliki satu anak. Kini lelaki yang menikahinya pergi, entah kemana. Mungkin lelaki itu telah kembali ke istri pertamanya.

Sekarang perempuan ini tinggal bersama anaknya yang masih kecil. Sementara ayah dari balitanya telah lama meninggalkannya, tanpa kabar dan tanpa kepastian. Hidup tanpa suami, dijalaninya. Perempuan ini menjadi orang tua tunggal bagi anaknya. Namun keadaannya yang miskin telah membuat hidupnya kian rumit. Kesehariannya tinggal bersama anak pertamanya. Janda muda ini bekerja mengambil cucian dari para tetangga untuk membiayai hidupnya. Terkadang ikut menjadi pembantu rumah tangga di para tetangganya. Namun perjalanan hidupnya tidak mudah. Janda muda ini memiliki wajah yang cantik dan nyaris sempurna secara fisik. Banyak lelaki yang menggoda dan singgah dalam hatinya. Sampai suatu saat janda muda ini hamil kembali. Janda muda hamil telah 8 bulan tanpa suami. Menurut penuturannya, lelaki yang menghamili diduga sudah memiliki dua istri, dan kini pelaku itu telah menghilang tanpa kabar.
Malam telah larut, jam sepuluh malam, janda muda ini mengalami pendarahan. Untunglah, ada tetangga yang mengadukan persoalannya pada PUAN. Akhirnya, malam itupun janda muda ini ke rumah sakit. Semalam setelah mendapat perawatan, akhirnya bayi itupun lahir dari rahimnya. Keadaan ekonomi yang miskin, janda muda ini berharap ada pihak yang mau memberikan ruang hidup bagi permata hatinya yang telah dikandungnya selama 8 bulan.

Dengan linangan air mata, janda muda ini meninggalkan balita itu di rumah sakit, dan menyerahkan sepenuhnya pada pesantren untuk mengurus bayinya. Hatinya hancur saat melepaskan permatanya, namun keputusan itupun harus diambilnya. Harapnya, dengan memberikan bayi itu pada orang yang membutuhkan, akan lebih mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak. Balita dirawat dirumah sakit dengan biaya gratis. Tentu pelayanan yang diberikan akan berbeda dengan balita yang lain yang mampu membayar mahal. Balita itu tergeletak di rumah sakit selama lima hari. Pernah balita itu terlihat telanjang, tidak menggunakan baju. Ketika ditanya kepada perawatnya, “karena baju yang ada kotor semua”. Balita itu kedinginan dan kehilangan ibunya. Balita itu tidak memperoleh ASI seperti bayi yang lain. Balita itu masih sakit, karena ada kelainan yang harus disembuhkan. Setelah segala suntikan diberikan, akhirnya balita itupun boleh dibawa pulang ke pesantren.

Permata itupun kini ada di pesantren. Bayi mungil itu telah diadzani dan dikenalkan pada nama Allah SWT. Permata yang terlantar, yang tidak tahu siapa ayah dan ibunya. Permata yang sengaja dihilangkan, karena baik ayah maupun ibunya tidak menginginkan hadirnya. Tapi Allah SWT punya rencana lain, semoga permata ini mendapatkan seorang ayah dan ibu yang lebih menyayanginya. Karena balita itu lahir adalah suci, tidak membawa dosa dari orang tuanya.

Sehari tinggal dipesantren, sudah banyak para ibu-ibu yang akan mengadopsinya, ingin menjadikannya sebagai anak kandungnya. Tapi pilihan itu akhirnya jatuh pada seorang ibu angkat yang ramah, penuh cinta serta kaya. Allah SWT telah merencanakan kehidupan lain buat permata yang ditelantarkan. Akhirnya, pihak pesantren menyerahkan balita itu dengan iringan doa kesuksesan. Mudah-mudahan permata yang terlantar menemukan tempat yang layak bagi hidupnya. Amin…

Sementara janda muda itu, setelah melahirkan, pulang dan tinggal dirumah ayahnya, bersama anaknya yang masih berumur 2 tahun dari hasil suaminya dulu. Rasa sakit setelah melahirkan masih terasa. Darah nifasnya tengah dijalani. Sesekali pandangannya menatap kosong. Banyak hal berkecamuk dalam pikirannya. Bagaimana membiayai hidup selanjutnya? Selama ini, setiap hari dijalani dengan hanya mengasuh anak sambil menanti kelahiran anak yang dikandungnya.

Derita Hamil Sebelum Menikah

Kasus ini menunjukkan duka seorang perempuan yang terlanjur hamil. Sejak perkawinan yang pertama perempuan ini hamil duluan, baru meminta pertanggung jawaban. Akhirnya setelah dinikahi, ternyata lelaki tersubut sudah punya istri. Kasus semacam itu menjadi gejala dikehidupan yang melonggarkan nilai-nilai suci agama dan norma. Banyaknya pasangan muda yang memiliki pacar menjalin hubungan kumpul kebo tanpa melihat resikonya. Bagi laki-laki resiko tidak terlampau berat seperti perempuan. Perempuan yang aktif seksual akan menerima resiko kehamilan, keguguran, dan pendarahan akibat dari persetubuhan. Sedangkan, bagi lelaki, mereka tidak membutuhkan kesehatan reproduksi. Lelaki mudah saja lari dari tanggung jawab, karena tidak ada efek bagi tubuhnya. Kalaupun ada, itu hanya sebatas penyakit kelamin. Sedangkan bagi perempuan jauh lebih parah. Selain mendapat tekanan sosial yang tinggi, seperti diasingkan, digunjing, dikucilkan masyarakat. Perempuan harus menanggung resiko hamil dan melahirkan dalam waktu 9 bulan.

Kenapa kejadian hamil itu terulang lagi? Perempuan ini tidak belajar dari kegagalan yang lalu. Pada kehamilan yang kedua, lelaki yang menghamili ditengarai memiliki 2 orang istri dan tidak bertanggung jawab. Seandainya sejak awal, bahwa ia bisa belajar dari kegagalan yang pertama,maka akan lebih berpikir untuk menjalin hubungan dengan orang yang sudah punya istri. Perempuan ini harga dirinya rendah, sehingga mudah saja terbujuk oleh rayuan orang yang tidak bertanggung jawab. Mengapa mudah dirayu oleh laki-laki hidung belang? Secara budaya, orang yang tidak bekerja dan miskin akan lemah. Dalam kelemahannya itu pula akan mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang jahat. Mereka menjual dirinya rendah sehingga menjadi korban kebejatan nafsu lelaki. Perempuan yang kondisi miskin dan merasa hancur, mudah terperosok pada belenggu kekerasan. Pada kasus perempuan ini kegagalan yang dihadapinya telah menjadikan dirinya merasa tidak berharga dan gagal. Sehingga dengan mudah menjalin hubungan dengan orang lain yang belum tentu mau bertanggung jawab.

Orang yang harga dirinya rendah, dan disertai oleh pengalaman gagal sebelumnya akan mudah ditebak, mereka akan memiliki self-efficacy (keyakinan untuk sukses) rendah. Perempuan yang sejak awal mendapatkan tekanan dari dalam dan luar yang besar, akan mudah terjerumus pada kegagalan. Perempuan dalam keadaan miskin dan nganggur disatu sisi, dan butuh biaya hidup anak dan dirinya disisi lain, akan melakukan cara-cara instan untuk memenuhinya. Apabila tidak memiliki keterampilan memadai maka bisa jadi mereka menggadaikan tubuhnya untuk memenuhi tuntutan hidup. Banyaknya para perempuan terjerumus pada pekerjaan sexs komersil sebagian besar karena kebutuhan ekonomi dan merasa gagal dalam hidupnya. Mereka akhirnya menjual harga dirinya secara rendah dan lari kepada obat-obatan, narkoba dan sex bebas.

Mengapa ada orang tua menelantarkan anaknya?

Secara umum, orang tua adalah pelindung bagi anak. Sebaliknya, anak adalah permata berharga untuk melanjutkan keturunan keluarganya. Tetapi, realitas yang terjadi, ada sebagian orang tua yang meninggalkan anaknya begitu saja? Misalnya, anak ditinggalkan oleh ibu kandungnya dipintu rumah sakit, dipinggir jalan atau membunuh anak yang baru dilahirkan. Mengapa ada orang tua sampai melakukan hal tersebut? Kalau mengamati berbagai tipe orang tua, sangat beragam. Tidak semua orang tua bersikap penuh kasih sayang.

Ilustrasi berbagai macam perilaku bisa belajar dari psikologi binatang. Jika melihat dari perumpamaan perilaku binatang kepada anak-anak mereka, akan sangat beragam pula. Misalnya Singa, singa jantan akan serta merta menganggap anak yang dilahirkan oleh singa betina merupakan musuh yang harus dibunuh. Kenapa? Karena kalau anak tersebut disusui oleh singa betina (ibu singa) maka singa jantan tidak bisa bersetubuh dengan ibu singa tersebut, maka jika ibu singa lalai menjaga anak itu, akan dibunuh oleh bapaknya sendiri. Berbeda dengan ikan dalam merawat anak-anak ikan. Ada sebagian ikan yang mengasuhnya secara baik, misalnya anak-anaknya ditemani mencari makan, kalau ada bahaya mengancam, maka diamankan dalam mulut ikan sementara dan dilepas kembali saat aman. Namun ada sebagian jenis ikan yang lain, juga memakan anaknya sendiri. Ilustrasi inipun sebenarnya mengisyaratkan perilaku manusia juga tidak ubahnya seperti binatang.

Manusia beragam cara mereka memperlakukan anak-anaknya. Kalau ada anak yang mendapatkan perlakuan kasar dari orang tua, misalnya pemukulan, hukuman yang berlebihan atau cacian, maka sudah merupakan kekerasan kepada anak. Misalnya, anak dibesarkan dalam cercaan, maka akan tumbuh menjadi anak yang minder. Anak yang dibesarkan dengan pukulan, maka anak akan belajar melakukan kekerasan. Anak yang diperlakukan dengan tulus dan kasih sayang, maka akan mengmbangkan rasa cinta kepada sesama. Maka sesungguhnya para orang tua punya pengaruh besar dalam membentuk karakter anak.

Bagaimana kalau kehadiran anak ditolak oleh oang tuanya? Anak-anak yang dibesarkan dengan cara caci maki, dan perasaan negatif akan mengembangkan sikap negatif pada dirinya sendiri. Anak hidup dengan terus menerus mengembangkan rasa percaya diri rendah. Anak belajar mencaci maki dirinya sendiri, membunuh kreativitasnya serta keinginan untuk bunuh diri. Anak menganggap hidupnya tidak berguna lagi dan merasa gagal. Perilaku yang dimunculkan beragam. Mulai dari menyakiti diri sendiri dengan kecanduan pada obat-obatan, suntikan, minuman keras, dan pergaulan bebas.

Mengapa ada ibu yang tega meninggalkan anaknya? Naluri ibu secara benar tidak akan penah lupa kepada anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu yang rela mati mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan. Tapi kenapa anaknya ditelantarkan? Jika menalaah dari riwayat kehidupan si orang tua yang memiliki alasan-alasan untuk kebaikan dirinya dan juga anaknya. Misalnya, seorang ibu yang sangat miskin, merelakan anaknya diambil oleh orang kaya. Atau seorang ibu yang tidak mampu membayar persalinan balitanya, maka meninggalkan saja balita tersebut dirumah sakit. Keadaan ekonomilah ydang menjadi pemicu mengapa anak tersebut dibuang, ditelantarkan bahkan dihilangkan nyawanya. Bahkan, sekarang ini, marak anak menjadi korban trafficking (penjualan manusia) untuk kepentingan ekonomi keluarga. Anak dijual untuk bekerja keluar negeri atau ke kota-kota besar dengan membayar uang kepada orang tuanya terlebih dahulu. Seiring zaman global, kejahatan trafficking ini tiada batas. Aksi kejahatannya terkoordinir oleh organisasi kejahatan dengan jaringan yang kuat. Modus operandi dalam penjualan anak, narkotik, dan sex bebas menjadi ancaman bagi para anak-anak miskin yang diabaikan oleh orang tuanya.

Bagaimana agama memandang anak? Anak dalam pandangan agama Islam merupakan amanah (kepercayaan) yang karuniakan oleh Allah SWT kepada orang tua. Maka anak harus dididik, diberikan kasih sayang secara baik. Anak diajarkan mengenal agama dan menjalankan kehidupan dengan baik.

Selengkapnya...





Perbudakan Gaya Baru

Setiap pagi, perempuan yang menjadi pembantu di rumah angker itu ke pasar. Mukanya ditutup oleh kerudung untuk menyamarkan memar ditubuhnya. Pembantu itu biasa dipanggil “yuk”. Sebuah sebutan yang diberikan oleh orang-orang kepadanya. Yuk terlihat kesakitan, ingin keluar dari rumah angker itu. Yuk sudah tidak tahan dengan pukulan dan siksaan yang dilancarkan oleh majikannya. Tapi, tidak punya daya. Yuk tidak punya keluarga. Selama beberapa tahun bekerja kepada majikan tersebut tidak digaji. Seringkali disiksa oleh majikan dan anggota keluarganya yang lain apabila melakukan kesalahan kecil. Yuk terus berkutat dalam kekerasan dan penganiayaan yang mendera. Keberaniannya luruh, dan tidak tahu kemana meminta bantuan. Kepada siapa ia meminta bantuan?

***


Perbudakan Gaya Baru

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Setiap pagi, perempuan yang menjadi pembantu di rumah angker itu ke pasar. Mukanya ditutup oleh kerudung untuk menyamarkan memar ditubuhnya. Pembantu itu biasa dipanggil “yuk”. Sebuah sebutan yang diberikan oleh orang-orang kepadanya. Yuk terlihat kesakitan, ingin keluar dari rumah angker itu. Yuk sudah tidak tahan dengan pukulan dan siksaan yang dilancarkan oleh majikannya. Tapi, tidak punya daya. Yuk tidak punya keluarga. Selama beberapa tahun bekerja kepada majikan tersebut tidak digaji. Seringkali disiksa oleh majikan dan anggota keluarganya yang lain apabila melakukan kesalahan kecil. Yuk terus berkutat dalam kekerasan dan penganiayaan yang mendera. Keberaniannya luruh dan tidak tahu kemana meminta bantuan, agar terlepas dari majikan angker. Yuk takut untuk lari dari majikannya.

Majikan angker ini bukan hanya sekedar suka memukul saja, melainkan ditengarai memiliki ilmu santet. Orang-orang sekitar desa itu tidak bergeming untuk menolong seorang Yuk. Mereka takut akibat dari kejahatan majikan.

Suatu hari, pembantu ini ingin terlepas dari tekanan dan tindak kekerasan majikan dan anggota keluarganya. Entah suatu hari nanti, entah kapan pembantu itu tidak pernah tahu. Yang ia tahu, bahwa pukulan dan siksaan besok akan terus menimpa tubuhnya. Dengan menangis, pembantu itu meraba seluruh tubuhnya yang memar. Kulit dan tubuhnya terlihat tua, padahal usianya masih muda. Yuk belum menikah, dan terkekang dalam penguasaan majikan.

Yuk contoh kekerasan yang dialami oleh sebagian pembantu. Kekerasan yang dialami sudah sampai pada kekerasan fisik dan psikis. Tidak ada yang mau menolongnya. Kondisi lemah dan tidak berdaya kerapkali dialami oleh pembantu pada umumnya. Tidak adanya undang-undang negara yang melindungi para pembantu, membuat para majikan sewenang-wenang. Saatnya, ada undang-undang yang memberikan perlindungan kepada para pembantu rumah tangga. Melindungi mereka dari penganiayaan dan penyiksaan. Walaupun perbudakan telah dihapus ribuan tahun yang lalu, tetapi selalu muncul perbudakan yang terselubung. Mereka yang kuat cenderung menindas yang lemah. Terlebih pada zaman kapitalisme modal. Pemilik modal akan menguasai dan menjadi pengatur. Orang bisa saja dibeli dengan uang dan diperlakukan seperti barang.

Penjajahan ekonomi yang terjadi pada tataran makro, membuat perbudakan terselubung terhadap para karyawan. Karyawan yang tidak punya kepastian kerja, bisa dipecat sewaktu-waktu. Pekerjaan yang berat dengan upah kecil. Secara mikro, perilaku nampak pada pembantu-pembantu rumah tangga yang tidak diperlakukan secara manusiawi. Contoh, tidak ada jam kerja yang pasti bagi pembantu rumah tangga yang tinggal dirumah majikan. Jam kerjanya bisa 24 jam mereka harus siap melayani apa yang diinginkan oleh majikan. Mereka tidak bisa membantah apa yang diperintahkan. Tidak ada kontrak kerja yang jelas kapan dan bagaimana pekerjaan yang harus dilakukan. Berapa gaji yang mestinya layak diterima? Tidak adanya perlindungan kepada orang-oang tertindas, akan terus memunculkan kekerasan yang panjang dan sulit dipatahkan. Hidup seperti ini sama saja dengan praktek perbudakan.
Selengkapnya...





Rumah Kian Kelam

Sore temaram, seorang ibu setengah baya menerawang menatap langit. Wajahnya diterpa sinar kekuning-kuningan. Senyumnya kecut, sekering hatinya. Perlahan ia berkemas meninggalkan sawah, menuju gubuknya. Menjumpai kedua anak-anaknya yang masih kecil. Keringat tubuhnya mengalir deras. Ia berjalan menyusuri padang ilalang. Pikirannya melayang jauh, mengingat suaminya yang kini meninggalkan diri dan anak-anaknya. Kenapa si suami tega meninggalkan keluarganya?

***


Rumah Kian Kelam

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Sore temaram, seorang ibu setengah baya menerawang menatap langit. Wajahnya diterpa sinar kekuning-kuningan. Senyumnya kecut, sekering hatinya. Perlahan ia berkemas meninggalkan sawah, menuju gubuknya. Menjumpai kedua anak-anaknya yang masih kecil. Keringat tubuhnya mengalir deras. Ia berjalan menyusuri padang ilalang. Pikirannya melayang jauh, mengingat suaminya yang kini meninggalkan diri dan anak-anaknya. Suaminya bekerja sebagai petugas keamanan desa, yang sering keluar malam. Suatu hari ia mendapatkan berita dari tetangga, kalau suaminya menikah dengan perempuan lain. Sejak itulah, prahara rumah tangganya menguak.

Sementara ibu ini bekerja menjadi buruh tani, mengerjakan sawah milik orang. Terkadang jika sawahnya tidak menghasilkan, ia harus rela dipecat oleh pemilik sawah. Kalau sudah dipecat, si ibu bekerja mengambil cucian tetangga serta membantu didapur orang-orang kaya. Wajah ibu itu terlihat kusam. Tubuhnya kurus dan kelihatan tua. Pikirannya penuh dengan masa depan kedua anaknya yang tidak jelas. Ia sendiri tidak punya biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya. Sementara ini anaknya tidak sekolah, hanya bermain dengan anak-anak tetangga. Terkadang, terlintas untuk membujuk suaminya agar sadar akan tanggung jawabnya. Suaminya berkenan mengasuh anak-anaknya dan memperbaiki rumah tangganya yang retak. Tetapi setiap kali usaha itu dilakukan, ia selalu mengalami kegagalan. Sudah berbagai cara dicobanya untuk mendekati suaminya, tetapi tetap saja, suami itu tidak perduli, suaminya seakan menutup mata hatinya untuk sekedar menatap dan melihat keadaan kedua anaknya.


Ibu setengah baya itu terus memaksakan diri untuk bertahan hidup. Setiap pagi buta ke sawah, menitipkan kedua anak-anaknya pada tetangga. Sore hari, ia baru pulang dan mendekap kedua anak-anaknya. Hidup sendirian mengasuh dua anak memang tidak mudah. Apalagi dengan keterbatasan diri sebagai seorang buruh tani. Kalau lagi masa tanam, ia mendapatkan upah Rp. 5000,00 (lima ribu rupiah) sehari. Tapi kalau tidak ada yang mengajak ke sawah, ia mengambil cucian dari tetangga yang hasilnya tidak mesti. Yang pasti adalah, ia dapat makan dan membawa sebungkus nasi untuk kedua belahan hatinya.

Seorang ibu yang tengah berjuang untuk hidup dengan keterbatasan. Ia tidak lagi memikirkan untuk menikah lagi. Hidupnya cuman berpikir, bagaimana menghidupi kedua anak-anaknya yang masih kecil. Rumah tangga yang dibinanya kian kelam seiring malam yang pekat. Iapun tertidur dengan mendekap anaknya sambil menangis. Menangisi rumah tangganya yang bisu. Sebisu harapnya untuk bersatu dengan suaminya.

Ibu setengah baya ini merasa sendirian menghadapi persoalan keluarganya. Ia tidak memiliki kemampuan untuk membela dirinya dan anak-anaknya. Ia tidak tahu kemana ia mengadukan nasibnya. Ia hanya bermohon pada Tuhan dalam kegelapan malam. Ia hanya mampu menangis dalam keperihan. Ia tidak tahu apa-apa lagi untuk mengembalikan rumah tangganya yang kian kelam.

Kekerasan dalam rumah tangga

Kekerasan dalam rumah tangga beragam. Riwayat seorang ibu setengah baya diatas, merupakan cermin kekerasan yang dialami oleh seorang istri dan anak-anak yang ditinggal oleh suami tanpa sebab yang jelas. Kondisi kemiskinan yang mendera rumah tangga mereka membuat persoalan semakin rumit, ketika suaminya meninggalkan kewajibannya sebagai suami. Dan kekerasan itu semakin nyata dengan menikah lagi dengan perempuan lain.

Kekerasan semacam ini merupakan modus yang menggantungkan posisi istri pertama tanpa kejelasan. Statusnya tidak jelas dan ditelantarkan oleh suami. Demikian pula, nafkah kepada anak-anaknya tidak dipenuhi oleh suami. Penelantaran anak dan istri kerap dialami oleh perempuan yang lemah.

Ditengah kekerasan yang menimpa si ibu, tetap saja semangat untuk menghidupi anaknya tampak nyata. Ia pun bekerja apa saja untuk menghidupi anak-anaknya. Mulai dari bekerja sebagai buruh tani, pembantu rumah tangga dan sebagainya. Seorang ibu yang memiliki semangat kerja yang patut ditumbuh kembangkan. Ia tidak putus asa dengan keterbatasannya. Dan ia tidak silau untuk bekerja dengan jalan pintas dengan menjajakan tubuhnya, seperti kebanyakan kasus yang menerpa orang-orang miskin yang gagal dalam kehidupannya. Ibu ini justru bertekad membesarkan anak-anaknya dengan usahanya yang dibenarkan oleh agama, norma dan adat.

Selengkapnya...





Merobohkan Dinding Kokoh

Perempuan kecil menggapai-gapai langit. Perasaannya terdiam. Laksana angin, kerap kali melambai-lambai. Tanpa bentuk, tanpa isyarat. Hening, diam penuh sahdu. Kebebasan jadi impian. Kesejahteraan jadi dambaan dan kebahagiaan jadi harapan. Perempuan kecil itupun melesat ditengah kelamnya malam. Melanglang buana demi mengukir masa depan. Ditolehnya sebentuk untaian nasehat, hiduplah sesuai mimpi. Menekuni hobi dan mengasah kata dengan pena. Menarikan jemari melantunkan lagu kehidupan. Menyimpan maksud tersirat, untuk hidup lebih baik bagi masa lalunya.
Perempuan kecil itu berjalan sendirian, ditemani oleh raga dan jiwa. Menetapkan hati untuk menepi. Memberikan jalan pada keinginan yang dicari. Masih simpang siur keinginan hatinya. Tertahan oleh dinding tembok yang kokoh. Perempuan kecil itupun terbentur dinding. Perempuan kecil yang terusir dari rumahnya. Ada apa gerangan?

***


Merobohkan Dinding Kokoh

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Perempuan kecil menggapai-gapai langit. Perasaannya terdiam. Laksana angin, kerap kali melambai-lambai. Tanpa bentuk, tanpa isyarat. Hening, diam penuh sahdu. Kebebasan jadi impian. Kesejahteraan jadi dambaan dan kebahagiaan jadi harapan. Perempuan kecil itupun melesat ditengah kelamnya malam. Melanglang buana demi mengukir masa depan. Ditolehnya sebentuk untaian nasehat, hiduplah sesuai mimpi. Menekuni hobi dan mengasah kata dengan pena. Menarikan jemari melantunkan lagu kehidupan. Menyimpan maksud tersirat, untuk hidup lebih baik bagi masa lalunya.


Perempuan kecil itu berjalan sendirian, ditemani oleh raga dan jiwa. Menetapkan hati untuk menepi. Memberikan jalan pada keinginan yang dicari. Masih simpang siur keinginan hatinya. Tertahan oleh dinding tembok yang kokoh. Perempuan kecil itupun terbentur dinding. Perempuan kecil yang terusir dari rumahnya. Perempuan kecil tidak bisa memenuhi keinginan orang tuanya yang akan menikahkannya. Perempuan kecil masih duduk di bangku SMP, dipaksa menikah. Ia menangis, memberontak dan menjauh dari keluarganya. Ia lari sekencang-kencangnya seperti angin. Perempuan kecil itupun pergi dan lenyap dari desanya. Lari dari rumah dengan membawa masalah. Lari membawa beban berat. Lari bersembunyi dari kemarahan keluarga. Lari dari rumah berhari-hari, rentan dengan kekerasan. Terlebih seorang perempuan kecil yang sedang dirundung kegalauan. Keamanan dirinya terancam orang-orang jahat yang bergentayangan dijalan. Ketika ia tidak tahu kemana lagi melangkahkan kaki, ia pun pergi kesekolah. Ia menceritakan kepada Ibu gurunya tentang getirnya. Ia tidak mau pulang kerumah, ia mau tinggal disekolah. Akhirnya Ibu guru yang baik itupun membawanya ke rumahnya. Ia mendapatkan perlindungan dan keamanan.

Perempuan kecil itu terlihat tertekan dan takut. Setiap hari ia pergi ke sekolah dengan cemas. Takut suatu saat orang tuanya datang memaksanya pulang dan menikahkan dirinya yang masih kecil. Tingkahnya disekolah menjadi aneh, sering diam dan membisu. Lama kelamaan anak tersebut menjadi depresi. Ia merasa takut yang berlebihan. Semakin lama jauh dari orang tuanya, semakin kalut pikirannya. Ia merasa tidak memiliki orang tua yang melindunginya. Iapun bertekad untuk ikut dalam keluarga Ibu guru.

Suatu hari, ibu guru itu mengirimnya ke pesantren untuk meneruskan sekolah secara gratis. Sementara orang tuanya sudah tidak perduli dengan nasib anaknya. Anak itupun tetap melanjutkan sekolah. Walau terkadang ia sering terpekur seorang diri, kemana jalan yang mesti ditempuh, melanjutkan sekolah atau menikah sesuai dengan kehendak orang tuanya. Kini, perempuan kecil itupun tetap sekolah, walau harus kehilangaan fasilitas dari orang tua. Ia tetap gigih untuk mendapatkan haknya untuk sekolah. Entah, sampai kapan, ia tidak tahu akan berapa lama bertahan dari tekanan orang tuanya.

Selengkapnya...





Pesantren: Tidak sekedar “penantian” menikah

Mengapa pesantren menjadi tempat “penantian” bagi satriwati untuk menikah? Bagaimana perempuan terbangun dalam seting social dimasyarakat? Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari seting social yang ada. Pengaruh budaya mendominasi nilai-nilai yang berkembang pada pesantren dikawasan Madura dan tapal kuda yaitu (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Jember dan Banyuwangi). Pesantren tumbuh cermin dari bangunan budaya Madura sebagai pusat belajar pendidikan agama, hal itu terpantul dari sistem bahasa pengantar pendidikan menggunakan bahasa Madura, adat istiadat, norma serta nilai. Bahasa ibu sedemikian kuat mempengaruhi pola relasi yang bias dan menempatkan perempuan pada posisi tidak penting. Sebuah posisi marginal dalam sisi persimpangan hidup. Struktur Masyarakat tapal kuda menganggap pendidikan tidak penting. Sehingga motivasi dan dukungan orang tua menjadi rendah. Status keprawanan simbol aib keluarga dan menyebabkan maraknya pernikahan dini, perceraian, keputus asaan dan kemiskinan terstruktur di daerah tapal kuda. Bagaimana bisa terjadi?

***


Pesantren: Tidak sekedar “penantian” menikah

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari tradisi di masyarakat)


Mengapa pesantren menjadi tempat “penantian” bagi satriwati untuk menikah? Bagaimana perempuan terbangun dalam seting social dimasyarakat? Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari seting social yang ada. Pengaruh budaya mendominasi nilai-nilai yang berkembang pada pesantren dikawasan Madura dan tapal kuda yaitu (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Jember dan Banyuwangi). Pesantren tumbuh cermin dari bangunan budaya Madura sebagai pusat belajar pendidikan agama, hal itu terpantul dari sistem bahasa pengantar pendidikan menggunakan bahasa Madura, adat istiadat, norma serta nilai. Bahasa ibu sedemikian kuat mempengaruhi pola relasi yang bias dan menempatkan perempuan pada posisi tidak penting. Sebuah posisi marginal dalam sisi persimpangan hidup. Struktur Masyarakat tapal kuda menganggap pendidikan tidak penting. Sehingga motivasi dan dukungan orang tua menjadi rendah. Status keprawanan symbol aib keluarga dan menyebabkan maraknya pernikahan dini, perceraian, keputus asaan dan kemiskinan terstruktur di daerah tapal kuda.

Nilai teologis berpengaruh menguatkan posisi perempuan. Pesantren dipercaya taat melaksanakan ajaran agama yang meneguhkan nilai kesetaraan. Perkembangan di pesantren berbasis budaya lokal menyedihkan, dengan maraknya agama menjadi sumber diskriminasi perempuan terselubung. Alih-alih, Agama memerdekakan manusia dari penghambaan terhadap sesama. Namun, realitas yang sungguh terjadi, perempuan beragama berada pada tingkat hegemoni dan pengekangan. Agama seharusnya memberikan jalan keluar kepada perempuan berdaya dan mengakui hanya Tuhan yang maha besar diluar dirinya. Tokoh agama berperan membangun wacana keadilan dan ketidakadilan gender. Wacana bahwa perempuan merupakan tanggung jawab keluarga dan pindah pada suami saat menikah merupakan bentuk pemahaman yang kuat tertanam pada diri masyarakat. Bentuk pengekangan agama seringkali menjadi distorsi pada seting masyarakat yang memahami dari sudut pandang laki-laki. Agama bukan menjadi pembebasan menuju arah kemajuan justru berada pada kungkungan system feodalistik. Mengapa kaum perempuan “melarat” dan terus tertinggal dari perubahan? Pendidikan rendah, pembatasan, pengungkungan peran merupakan beban berat yang ditanggung dari budaya patriarkhi.

Pesantren yang berarti uzlah “tempat pengasingan diri” dimaknai secara “sembrono” bagi banyak orang awam. Perempuan lebih banyak tinggal di pesantren. Pesantren sebagai tempat “penantian” yang aman bagi perempuan sampai batas menikah. Mereka rajin mengerjakan ajaran agamanya secara ritualistic namun tidak menyebar pada kehidupan social. Kehidupannya terkurung dalam pesantren sampai mereka menikah. Mengapa perempuan sulit bangkit melawan adat? Karena tidak berdaya melepaskan dari system nilai dan norma setempat yang telah lama hidup. Alasan memondokkan anak perempuan beragam. Sebagai masa penantian menunggu dilamar, belajar sopan santun, belajar membaca al-qur’an, melanjutkan pendidikan. Apa hubungannya dukungan orang tua dengan kelangsungan pendidikan perempuan? Bagaimana gambaran dukungan orang tua terhadap anak perempuan? Apakah dukungan orang tua berhubungan dengan prestasi belajar anak ? seberapa besar sumbangan dukungan orang tua terhadap prestasi perempuan? Apakah berbeda dukungan orang tua kepada anak laki-laki dan perempuan? Mengapa orang tua membedakan dukungan terhadap anak perempuan ?. Ada hubungan positif antara dukungan orang tua dengan prestasi anak perempuan, maksudnya jika orang tua memberikan dukungan penuh pada anak, maka akan meningkatkan prestasi belajarnya dan memudahkan anak untuk bebas melanjutkan studi seperti keinginannya. Sebaliknya jika orang tua kurang mendukung kegiatan belajar perempuan di pesantren maka cenderung anak perempuan berprestasi rendah dan putus ditengah jalan karena berhenti dan dinikahkan.

Dukungan orang tua artinya perilaku orang tua terhadap anak perempuan atau remaja putri. Dalam bentuk penerimaan, permisif dan demokratis serta membiarkan/membebaskan. (Coopersmith 1983). Kecenderungan dukungan orang tua terletak pada penghargaan dan hukuman yang dilakukan, dana pendidikan, rasa aman. Sarana dan kelas sosial mempengaruhi kondisi belajar santri. Budaya perempuan bergantung pada orang tua sebagai cermin “kepatuhan dan ketundukan” . Makna yang terkandung ialah wujud berbakti kepada orang tua. Walaupun pada sisi lain sebagian perempuan bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, namun tetap menggantungkan psikologisnya kepada keluarga. Tidak jarang seorang perempuan yang gigih bekerja dan mempunyai penghasilan tetap masih hidup dengan orang tua mereka sampai menikah. Perempuan tidak mampu mengambil keputusan penting dalam kehidupan mereka, seperti tidak biasa mengambil sikap pada arah hidupnya akan kemana, semua ditentukan oleh orang-orang penting dalam kehidupan mereka.

Nilai psikologis terbentuk kesadaran perempuan tidak bertanggung jawab atas dirinya. Membutuhkan perlindungan orang lain untuk sekedar menanggung kebutuhannya. Tidak mendapatkan kesempatan meraih sukses hidupnya, semuanya harus ditangani dan dibantu orang penting dalam kehidupannya. Sepintas memang tidak bermasalah, apabila kebutuhan itu terpenuhi oleh keluarga ataupun suami, namun bagi perempuan yang tidak bahagia, ditinggalkan keluarga, atau miskin, perceraian maka akan timbul ketergantungan yang menyakitkan. Perempuan akhirnya tidak siap dengan kenyataan pahit memikul kehidupannya sendirian. Ia tidak terlatih mengahadapi kesulitan mengakibatkan bertambahnya penderitaan. Perempuan dipandang sebagai tanggung jawab orang lain.

Perubahan memperbaiki system nilai pesantren dengan menyadarkan masyarakat. Kesadaran dilakukan dengan menggalang transformasi nilai. Pesantren selayaknya menjadi sentral bagi upaya kesetaraan bagi perempuan. Mendatangi masyarakat tanpa kekerasan, dengan cara dialog keragaman. Membantu menginternalisasi nilai baru dengan cinta damai. Menggugah budaya mencapai pendidikan tinggi. Peduli kepada nasib perempuan dengan memberikan kesempatan mengecap pendidikan kedepan. Mau tidak mau perempuan mesti belajar melawan dengan usaha keras menuju otonomi psikologis untuk meraih kesempatan berkarier. Sehingga wajah pesantren bukan lagi masa penantian untuk menikah, tetapi lebih dari itu pembangunan karakter muslimah yang beramal sholeh dan sukses berkarya mengamalkan ajaran Islam di masyarakat.
Selengkapnya...





Sodomi

Pagi itu, bocah kecil ditemukan menangis meringis kesakitan. Awalnya ia diam saja, ketika ditanya oleh orang tuanya. Tetapi setelah dipaksa dan dipukul, barulah ia mengaku kalau telah disakiti oleh kakek kera itu. Kakek tua renta telah menyodomi bocah TK. Bagaimana kejadiannya?

***


Sodomi

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Pagi itu, bocah kecil ditemukan menangis meringis kesakitan. Awalnya ia diam saja, ketika ditanya oleh orang tuanya. Tetapi setelah dipaksa dan dipukul, barulah ia mengaku kalau telah disakiti oleh kakek kera itu. Kakek tua renta telah menyodomi bocah TK. Bagaimana kejadiannya? Seorang kakek yang selalu menjaga kera, hingga terkenal dengan sebutan kakek kera. Sifatnya pun seperti kera, memangsa anak-anak untuk kepuasan seksualnya.

Bocah kecil itu awalnya mau bermain kerumah kawannya. Ia pergi sendirian. Tiba-tiba bertemu kakek kera. Bocah itupun tetap saja berjalan dibuntututi oleh kakek. Sampai di tempat yang sepi, kakek itu menangkapnya, mengajaknya ke pematang sawah. Kemudian mengancam akan membunuhnya apabila beteriak. Bocah kecilpun menurut, seperti apa yang diserukan padanya. Kakek kera itupun membuka celana bocah TK itu, memaksa memasukkan kelamin kakek kera itu ke bocah TK melalui jalan belakang duburnya (menyodomi). Bocah itupun menangis kesakitan, sementara kakek kera itu terus memaksa dan menggoyang tubuh anak kecil tersebut.

Tiba-tiba, terdengar suara anak kecil yang lain memanggil bocah tersebut, kakek kera itu kaget, dan lari meninggalkan bocah itu sendirian. Kakek yang telah menyakiti secara fisik dan psikis kepada bocah TK. Kakek yang jahat dan mengumbar nafsu bejatnya. Bocah itupun akhirnya pergi menjumpai suara temannya. Ia masih bungkam dan tidak menceritakan kejadian yang tengah menimpanya. Ia hanya menangis dan ketakutan. Takut akan ancaman kakek kera yang akan membunuhnya apabila memberitahukan pada orang lain. Setiap bocah kecil itu kamar mandi, ia menangis tiada henti. Ibunya curiga dan sedih, melihat perubahan anaknya yang terlihat takut dan tertekan. Perlahan, bocah itu dibujuknya agar berbicara, mengapa menangis? Tapi bocah mungil itu tetap bungkam dan terus menangis. Akhirnya, ayah bocah itu memaksanya dan mengancam akan memukul bocah itu kalau terus diam dan menangis. Karena takut, bocah itupun akhirnya bercerita tentang kakek kera yang sudah melakukan perbuatan keji kepadanya. Sang ayah marah dan naik darah. Dicarinya kakek renta tersebut, hanya satu tekadnya, kalau melihat kakek kera itu berkeliaran disekitar lingkungannya, maka akan dibunuhnya.

Siang itu, masyarakat geger. Berita sodomi itu telah menyebar. Kemarahan orang tua bocah TK itupun terdengar. Kakek kera itu seakan lenyap dari kampung. Akhirnya, orang tua bocah itu melaporkan kejadian itu ke pesantren. Dan meminta agar segera mengusir kakek kera itu dari kampung. Pesantren pun geger dengan ulah kakek kera itu. Desas-desus anak-anak yang menjadi korban pelecehan mulai angkat bicara. Bahwa kakek itu telah lama melakukan pemaksaan dan penyimpangan seksualnya kepada anak-anak di pesantren.

Anak-anak dipesantren diwawancarai secara mendalam, bagaimana kakek kera itu melakukan aksi kejahatannya kepada mereka? Dengan polos, anak-anak itu bercerita. Kebiasaan kakek kera itu mengganggu tidur anak-anak santri di masjid. Setiap tengah malam, kakek kera itu mencari mangsa, anak-anak yang tidur dimasjid. Kakek itu menendang anak-anak yang lagi tidur dengan kaki-kakinya. Apabila anak-anak itu tengah pulas tertidur, maka kakek kera itu menjalankan nafsunya. Ia meludahi paha anak, dan menindihnya. Kalau anak-anak tersebut bangun, maka diancamnya akan dipukul. Anak-anak santri akhirnya ketakutan, dan sebagian lari ke asrama. Mereka terancam oleh kejahatan kakek renta tersebut.

Pernah, kakek itu bertengkar dengan salah satu anak yang berani melawan kehendaknya. Namun dasar kakek pembual, ia malah membawa-bawa nama kiai, dan berkata, bahwa ia disuruh oleh kiai untuk mencoba anak-anak santri satu persatu. Akhirnya salah satu anak itu melaporkan peristiwa itu ke kiai, dan akhirnya kakek itu dipukul oleh kiai. Tetapi kakek itu tidak jera, ia masih saja memangsa anak-anak lain untuk memuaskan nafsunya. Dan menurut kabar, kakek itupun sering membeli perempuan apabila punya uang untuk memenuhi nafsu bejatnya.

Akhirnya, kakek ini diusir dari kampung. Ia diasingkan di tempat terpencil dengan keranya. Tetapi masih ada tanya, akankah kakek kera itu sadar dan menghentikan tindak kekerasannya pada anak-anak kecil? Kalau saja kakek itu sekarang tidak melakukan perbuatan itu lagi, tapi bagaimana nanti?. Siapa yang menjamin, kalau ada kesempatan didesa lain, kakek kera itu akan mengulang lagi dan melakukan hal yang sama seperti ia lakukan di pesantren. Masih perlukah kita membiarkan kakek bejat itu berkeliaran bebas dan memangsa anak-anak tidak berdosa? Bagaimana hukum berbicara tentang sodomi?
Selengkapnya...





Balita Miskin

Pagi itu, para ibu-ibu menggendong anaknya datang ke acara amal. Para ibu menggendong anak berumur 0-2 tahun. Para ibu datang dari berbagai pelosok Probolinggo. Mereka mengambil bantuan sekotak susu dan makanan biskuit secara gratis. Jumlah ibu-ibu yang datang banyak sekali. Jatah yang disediakan mencapai 1000 balita miskin. Menyaksikan ibu-ibu dengan ratusan balita adalah pemandangan yang menggetarkan dada.

***


Balita Miskin

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Pagi itu, para ibu-ibu menggendong anaknya datang ke acara amal. Para ibu menggendong anak berumur 0-2 tahun. Para ibu datang dari berbagai pelosok Probolinggo. Mereka mengambil bantuan sekotak susu dan makanan biskuit secara gratis. Jumlah ibu-ibu yang datang banyak sekali. Jatah yang disediakan mencapai 1000 balita miskin. Menyaksikan ibu-ibu dengan ratusan balita adalah pemandangan yang menggetarkan dada. Suara tangisan pecah di halaman. Para balita tersebut keadaannya beragam, mulai dari kekurangan gizi, kurus, dan gemuk dan lain sebagainya menyatu. Mereka tumpah ruah pada hari minggu menghadiri seremonial kegiatan amal.


Saat pembagian bantuan secara simbolis dilakukan, panitia menunjuk lima orang ibu untuk maju bersama balitanya. Tetapi ada sebagian ibu enggan maju. Mereka merasa malu, tidak mau dilihat orang banyak. Sikap orang-orang miskin sangat sederhana. Mereka tidak mau terlihat oleh kamera para wartawan dan tepuk tangan hadirin yang hadir. Mereka lebih suka menjadi pendengar dan tidak terlihat. Dengan susah payah, panitia mencari para ibu-ibu yang mau maju, akhirnya ada yang mau setelah sedikit memaksa.

Para ibu-ibu miskin itu tampak gembira mendapatkan bantuan sekotak susu dan biskuit. Senyumnya tampak dari bibirnya, menatap buah hatinya yang digendong. Perasaan mereka gembira, walau sebagian ada yang tidak memberikan eksperesi.

Setelah acara usai, ada saja cerita dari para ibu setelah mendapatkan sekotak susu. Menurut penuturan salah satu ibu, setelah balitanya meminum susu, langsung tidur nyenyak dan tidak mau memakai baju, karena berkeringat. “Maklumlah, biasanya, balita tersebut hanya minum air gula”, kata seorang tersenyum puas.

Selengkapnya...





Dahaga TKW

MUI mengharamkan TKW (tenaga kerja wanita) ke Arab Saudi. Fatwa itu atas desakan anggota DPR. Penemuan Pengawas haji DPR RI, (Zaenal 2005), para TKW-TKW di Arab Saudi yang dijadikan budak nafsu itu dijual 50 real atau setara 125.000 untuk sekali pelayanan. (Surya, 2 Pebruari 2005). Sepintas fatwa untuk melindungi kaum perempuan, tapi kalau dicerna sesungguhnya memalukan Islam sebagai agama yang menyanjung kesetaraan laki-laki dan perempuan. Apakah di tanah air perempuan miskin terjamin untuk tidak terjerumus dalam bisnis prostitusi?

***


Dahaga TKW

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Fatwa Kasus TKW

MUI mengharamkan TKW (tenaga kerja wanita) ke Arab Saudi. Fatwa itu atas desakan anggota DPR. Penemuan Pengawas haji DPR RI, (Zaenal 2005), para TKW-TKW di Arab Saudi yang dijadikan budak nafsu itu dijual 50 real atau setara 125.000 untuk sekali pelayanan. (Surya, 2 Pebruari 2005). Sepintas fatwa untuk melindungi kaum perempuan, tapi kalau dicerna sesungguhnya memalukan Islam sebagai agama yang menyanjung kesetaraan laki-laki dan perempuan. Apakah di tanah air perempuan miskin terjamin untuk tidak terjerumus dalam bisnis prostitusi? Dari data penggerebekan yang digelar saat tipiring. Di Indonesia, pelacur jalanan hanya dihargai dengan 10.000-50.000 rupiah. Bahkan banyak yang tidak dibayar oleh mucikarinya. Mereka hanya dipaksa melayani pelanggan dan disiksa. Apakah ini bukan masalah perbudakan serupa? Ditengah negara mayoritas Islam terjadi pelacuran ? Lalu apakah perempuan miskin harus dibunuh agar tidak ada lagi prostitusi? Bukankah di Tanah air perempuan miskin juga terjerumus dalam bisnis prostitusi. Jadi alasan haram bagi perempuan menjadi TKW tidak mendasar.

Pelarangan TKW terkesan sporadis. Disatu sisi melarang, namun tidak ada solusi atas pekerjaan perempuan. Kebutuhan hidup perempuan tidak dijamin oleh pemerintah?. Alih-alih perempuan dilindungi, justru terjadi diskriminasi. Ada pemaksaan melarang hak-hak asasi untuk bebas bekerja ke luar negeri. Apabila pelarangan tersebut benar-benar terjadi, maka MUI harus bertanggung jawab. Mereka bisa diperkarakan dengan hukum sekuler karena telah mendiskriminasi jenis kelamin perempuan.

Dalam aturan kebebasan hak asasi manusia, perempuan dan laki-laki punya hak sama bekerja secara aman. Apabila dilarang bekerja ke luar negeri, sungguh melanggar hak asasi. Bagaimana nasib pekerja yang telah lama berada di timur tengah? Haruskah mereka dideportasi karena berjenis kelamin perempuan. Bagaimana para TKW profesional, seperti perawat, tenaga pendidikan dan tenaga medis. Apakah juga dilarang karena jenis kelaminnya perempuan?. Pelarangan itu menyurutkan kebangkitan gerakan perempuan di Indonesia. Secara budaya, perempuan Indonesia ikut menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja.

Gambaran

Desas desus serta isue adanya TKW di timur tengah menjadi pelacur sudah berhembus dari tahun 1990an. Mereka yang bekerja ke timur tengah kerapkali dijadikan budak dan selir para majikan. Namun, tidak semua TKW mengalami nasib nista. Masih banyak catatan putih telah diukir oleh pahlawan keluarga di negeri orang. Mereka berperilaku baik, bekerja gigih, memegang teguh moral bahkan mampu melaksanakan haji di baitullah. Tidak semua perempuan menjadi pekerja seks di timur tengah. Masih banyak yang bekerja secara bijak dan mengangkat hidup keluarga dari hasil kiriman uangnya. Anak-anaknya bisa sekolah, rumahnya dibangun dan kesejahteraan hidupnya lebih baik.

Sejak dulu, sikap pemerintah terhadap fenomena TKI terkesan tidak perduli. Pemerintah saat itu seakan anti pati dan menutup mata. Malah menikmati devisa dari para TKW diluar negeri sebagai devisa tertinggi pada tahun 1995. Sedangkan perlindungan terhadap TKI sangat tidak memadai. Para perempuan yang bekerja tidak dilindungi oleh perangkat hukum yang adil. Mereka tidak bisa mengeluh. Kalaupun menjerit tidak akan didengar dan ditolong. Mereka berjuang sendirian tanpa perlindungan. Tangisnya hanya tertekan dan diam. Keberadaannya tidak berdaya. Mereka harus siap menerima resiko apapun dari majikan. Apabila mendapatkan majikan yang baik, maka akan terangkat nasibnya. Sebaliknya apabila majikan mereka jahat, maka pasrah dengan nasib buruknya. Tidak ada perlindungan hukum dari pemerintah. Dari keyakinannya hanya ingin menyelamatkan anak-anaknya di tanah air. Tiap bulan hasil keringatnya ia kirimkan dalam bentuk rupiah. Baginya, yang terpenting bisa menyambung nafas anak-anaknya yang ditinggalkan, memberikan kiriman uang pada keluarganya. Membangun rumah dengan hasil kerjanya di timur tengah. Tanpa perduli dengan keselamatan dirinya yang terus terancam. Mereka mengorbankan diri demi cinta anak-anak dan keluarga ditanah air. Mereka seakan menerima perlakuan buruk majikan. Mereka meyakini bahwa biarlah orang tua (ibu) yang menderita, asalkan anak-anak mereka bisa tetap makan. Cinta buta seorang ibu kepada anak rela menjadikannya pelacur. Jika ada berita tentang kematian atau hukuman mati kepada para TKW, keluarga hanya pasrah menerima kiriman mayatnya. Seakan semua sudah takdir yang harus direlakan. Kini, tiba-tiba ada fatwa mengharamkan perempuan untuk pergi bekerja ke timur tengah. Mereka dilarang karena jenis kelaminnya perempuan. Fatwa itu muncul seiring maraknya bencana, dan naiknya BBM dan pengangguran.

Tafsir Sosial: TKW

Kemiskinan dan prostitusi seperti sebuah lingkaran. Lingkaran penderitaan tidak sempurna tanpa uraian kemiskinan, pengangguran dan prostitusi. Kebenaran ini tidak bisa diingkari. Kemiskinan menjerumuskan pada kekerasan. Persoalan mendasar sebenarnya adalah pengangguran dan kemiskinan. Setiap hari perempuan membutuhkan makan dan minum serta penghidupan. Dengan segala keterbatasan dan ketidakberdayaan mau tidak mau perempuan harus bekerja. Jika sawah tidak memberikan harapan, maka mereka akan pergi ke kota. Jika tidak jua bisa survive hidup, maka pergi keluar negeri yang lebih menjanjikan. Perempuan harus mendapatkan kebebasan menentukan nasibnya sendiri. Dan negara harus memberikan jaminan untuk itu.

Fatwa itu memberangus kebebasan perempuan. Nasib malang benar-benar menimpa kaum perempuan miskin. Bagaimana bertahan hidup ditanah air dengan pengangguran dan kemiskinan?. Sementara anaknya terus menangis. Bagaimana mengatasi kemiskinan pendidikan, sedangkan biayanya tidak terjangkau? Pengebirian akan semakin mundur kebelakang. Atas nama perempuan jadi terhalang bekerja, merupakan ketidakadilan. Pengharaman TKW ke timur tengah bentuk kekerasan yang mengarah pada jenis kelamin (genital mutilation), dan kekerasan terselubung (molestation). Jenis kelamin dijadikan kambing hitam pemicu terlarangnya menjadi TKW. Maraknya prostitusi di Arab Saudi, kemudian menyalahkan TKW Indonesia.

Pengharaman TKW memperlihatkan adanya kekerasan terselubung. Perempuan dibatasi, dipersalahkan sehingga berada pada lingkaran kemiskinan. Kemiskinan menjerumuskan kepada prostitusi terselubung. Tidak perduli tempatnya di Arab Saudi atau di Indonesia. Banyak terjadi prostitusi terselubung yang ada di desa, dipabrikan. Walaupun masyarakat dan pemerintah melarang, mereka berpraktek dijalanan, dikejar-kejar tetapi tidak bisa hilang. Banyak para buruh terpaksa kerja prostitusi karena keadaan. Sumber prostitusi tidak akan hilang, selama kemiskinan mendera.

Islam menjunjung kesetaraan laki-laki dan perempuan

Fatwa MUI mengharamkan TKW berdasarkan jenis kelamin perempuan adalah perihal sexisme yang mempermalukan Islam. Bentuk diskriminasi terhadap jenis kelamin perempuan merupakan pengingkaran pada asas kesetaraan. Pelarangan TKW tidak populer. Semestinya fatwa itu tidak mendasarkan karena jenis kelamin perempuan. Haramnya fatwa karena jenis kelamin perempuan tidak akan membebaskan atau melindungi kaum perempuan. Justru akan memasung perempuan dalam pengangguran dan kemiskinannya. Akan ada penolakan dari banyak kaum perempuan atas fatwa diskriminatif tersebut. Bagi perempuan yang mendapatkan jaminan hidup dari suami dan keluarga tidak ada masalah. Tetapi bagi perempuan yang harus membiayai hidup sendiri, tentu mengharuskan perempuan bekerja. Seperti perempuan miskin menanggung anak-anaknya, keluarga, dan dirinya akibat ditinggal suami karena perceraian, mati. Banyak kasus yang harus dilihat secara utuh menyikapi kasus TKW.

Islam sangat menjunjung nilai kesetaraan. Spiritnya menegakkan kesetaraan, persamaan dan keadilan atara laki-laki dan perempuan. Hal ini di tegaskan pada Q.S. a-Rum (30):20-21, Q.S.at-Taubah (9):67-68 dan 71-72, Q.S. an-Nur (24):26, Q.S.al-Ahzab (33):35-36,58 dan 73. Pada prinsipnya Islam dalam al-Quran tidak melarang perempuan keluar rumah dan tidak juga menyebutkan bahwa mereka harus ditemani oleh keluarga dekat laki-laki ketika mereka bepergian ke luar rumah. Preskripsi ini paling mungkin dilaksanakan karena untuk melindungi kaum perempuan dari gangguan masa lalu. Jadi, hal itu mungkin lebih dari persoalan tindakan dari pada prinsip. Disisi lain, prinsipnya adalah al-Qur’an melengkapi dengan hak untuk mencari nafkah (Q.S. an-Nisaa’ (4):32).

Jika permintaan keada perempuan untuk tidak bekerja diluar negeri dikarenakan takut menjadi prostitusi atau gangguan trafficking maka permintaan/fatwa MUI itu tidak bisa dinaikkan menjadi status prinsip, sebagaimana yang dilakukan. Jika fatwa haram itu dilaksanakan karena adanya situasi darurat maka fatwa itu harus segera dicabut, setelah masa darurat itu berlalu. Atau, fatwa haram tersebut dibuat secara jelas bahwa ia secara esensial dimaksudkan untuk melindungi perempuan miskin, dan tidak bisa dilakukan terhadap situasi dimana ketakutan seperti itu tidak ada. Meskipun demikian, tradisi sosial seringkali menjadi masalah keyakinan keagamaan dan segera memperoleh status prinsip.

Tidak hanya itu, pembatasan yang dipaksakan kepada perempuan karena mengingat situasi tertentu tidaklah kendur, tetapi justru bertambah lebih keras dengan berlalunya waktu. Status perempuan pada masa awal Islam sangat membebaskan. Studi dalam sumber – sumber relevan menggambarkan perempuan yang berani, dan mendapatkan kesempatan untuk berjihat bersama Nabi Muhammad dimedan peperangan. Di temukan pada kitab Fath Khaibar oleh Abu Daud, Futuh al-Buldan oleh Baladhuri, hadis shahih Bukhari, dan Shahih Muslim. Perempuan besama laki-laki saling membangtu dan berjuang dimedan pertempuran.

Bagaimana melindungi TKW dari pelacuran? Cara yang bisa dilakukan yaitu pengiriman TKW yang legal dan terlindungi hukum. Pemerintah Indonesia harus melakukan MOU dengan negara penerima TKW tentang pelindungan dan hukum yang harus dipatuhi bersama. Pembelaan terhadap TKW harus ditingkatkan. Bukan dengan melarang perempuan keluar negeri.
Selengkapnya...





Gerakan YKCNA

Buku berjudul “Menembus Gelap Menuju Terang 2”, karya Ardy Husain difatwa sesat oleh MUI kabupaten Probolinggo. Peristiwa ini menarik untuk diperhatikan. Ada apa sebenarnya dengan isi buku Menembus Gelap menuju terang? Kenapa ulama’ sampai beramai-ramai memberikan fatwa sebagai buku sesat dan harus ditarik dari peredaran? Apa misi dibalik buku itu?, adakah ajaran yang menyesatkan masyarakat?

***


Gerakan YKCNA

Oleh Najlah Naqiyah

(Disarikan dari berita di masyarakat)


Buku berjudul “Menembus Gelap Menuju Terang 2”, karya Ardy Husain difatwa sesat oleh MUI kabupaten Probolinggo. Peristiwa ini menarik untuk diperhatikan. Ada apa sebenarnya dengan isi buku Menembus Gelap menuju terang? Kenapa ulama’ sampai beramai-ramai memberikan fatwa sebagai buku sesat dan harus ditarik dari peredaran? Apa misi dibalik buku itu?, adakah ajaran yang menyesatkan masyarakat? Tidak sesederhana persoalan buku tersebut mengindikasikan perbedaan syariat saja, tetapi banyak hal yang memicu kegelisahan ulama’ daerah Probolinggo untuk membatasi gerakan kelompok yang tergabung dengan nama YKCNA (Yayasan Kanker dan Narkoba Cahaya Alam) yang tengah bermukim di desa Kerampilan Kabupaten Probolinggo. Bagaimana sesungguhnya YKCNA itu berkembang ?

Ajaran YKCNA yang difatwa sesat oleh MUI diantaranya, karena menghalalkan khaddam (pembantu) untuk disetubui. Ajaran ini sebenarnya melanggar dari norma di masyarakat, agama, dan peraturan pemerintah. Menyetubuhi perempuan tanpa ikatan pernikahan adalah termasuk katagori zina. Contohnya, Istilah khaddam, harem memang masih bersifat kontroversial. Pada budaya jahiliyah, budak diperlakukan sewenang-wenang dan diperjualbelikan oleh majikan. Namun dengan datangnya Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, ada penghapusan sistem perbudakan. Namun, belakangan ini ditengah maraknya kapitalisme global. Pemberhalaan kepada material mulai muncul. Perempuan dan anak-anak banyak yang dijual (trafficking) dengan modus yang baru, seperti buruh migrant illegal, pekerja seksual dan sebagainya. Betapapun masyarakat mempunyai norma bahwa zina itu dilarang, namun masih saja banyak terdapat PSK (penjaja seks komersial) dijalanan diminati. Sikap ambigu dari masyarakat inilah yang membuat semakin maraknya kekerasan yang dialami oleh perempuan. Terlebih lagi, jika dikembangkan oleh ajaran atas nama agama atau aliran tertentu. Justru akan semakin memperlebar pintu diskriminatif terhadap kaum hawa. Setiap orang mampu berbicara hukum dan moral, tetapi tidak setiap orang bisa melakukan tindakan moral. Ajaran dihalalkan khaddam untuk disetubui tanpa ada ikatan pernikahan oleh YKCNA merupakan bentuk kekerasan terhadap perempuan dan perbuatan yang tidak bermoral.

YKCNA adalah salah satu dari kelompok kecil yang mulai menjamur di masyarakat. Ditengah kebebasan informasi dan globalisasi, akan banyak ajaran baru yang militant akan hidup di tengah komunitas masyarakat perkotaan dan pedesaan. Sebut saja, di Malang, berkembang thariqat shalat dua bahasa (Arab – Indonesia)di Lawang Malang, aliran kebatinan dikaki gunung bromo dsb. Disinilah organisasi keagamaan yang besar seperti Nahdatul ulama’ dan Muhammadiyah merasa kecolongan dengan hadirnya kelompok-kelompok kecil yang militan merangkul masyarakat dengan segala metode dakwahnya. Lalu bagaimana menyikapi fenomena tersebut? Tantangan besar bagi nahdiyyin ialah bagaimana mengelola ummatnya yang sangat besar? Apa yang bisa diberikan oleh NU dan Muhammadiyah kepada masyarakat? Ada tantangan semakin menguatnya fundamentalisme disatu sisi dan berkembangnya liberalisme Islam disisi yang lain.

Bagaimana menghadapi menjamurnya kelompok-kelompok dengan arus yang berbeda tersebut? Bagaimana menyikapi arus besar Islam kontemporer yang berbeda seperti model baru yang telah merambah jamaah NU? Bagaimana strategi dakwah dipedesaan dan diperkotaan? Bagiamana NU merespon dinamika menguatnya fundamentalisme disatu sisi dan arus liberalisme disis yang lain?. Jujur saja, dalam fatwa MUI yang melarang keras ajaran tersebut, tersirat kegelisahan. Bagaimana NU akan memperdulikan jamaahnya yang besar itu untuk melawan segala penindasan dan kemiskinan? Apakah NU, MUI sudah mempunyai gerakan untuk memelihara jamaahnya agar tidak ikut-ikutan aliran baru?. Rasanya belum maksimal, justru yang berkembang lebih banyak mengancam orang lain dari pada memperbincangkan keadaan ummat Islam sendiri. Arus yang menyebarkan nilai Islam dengan cara-cara yang berbeda, lebih gencar dan intents akan menyebabkan lambat laun tradisi NU akan hilang. Kekhawatiran tersebut wajar adanya, apabila NU tidak segera melakukan reposisi akan perannya sebagai penjaga tradisi khittah, dalam kerangka pikir kemaslahatan ummat. Kultur keislaman NU penting untuk dipertahankan oleh kita semua. Karakter keislaman yang mampu memberikan rasa perdamaian dan keselamatan bagi semua umat manusia.

Bagaimana cara mengawal tradisi NU ditengah-tengah masyarakat sekarang? Pendidikan dakwah transformatif merupakan salah satu jalan memberikan lisensi bagi da’i-da’i NU. Upaya pelatihan menumbuhkan para da’i yang bernalar dengan argumen rasional (kalam) dan mengayunkan langkah perubahan sistem melalui transformatif. Untuk mewujudkan dakwah transformatif, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah.
(1) mengembangkan dialog internal bagi komunitas NU (al-hiwar ad-dhakhili). Dialog internal akan membuka pengakuan bahwa ada masalah ulama’ yang terkotak-kotak harus dikomunikasikan dengan rasa toleransi. Dialog internal berguna untuk mengevaluasi NU dari dalam. Evaluasi diri akan menjadi jalan memperoleh pemecahan dari masalah yang melanda NU. (2). Membutuhkan topangan dakwah yang berupa pendidikan dan ekonomi. Dakwah seharusnya mampu mendorong kebijakan ekonomi yang bisa dirasakan oleh masyarakat bawah. Pendidikan adalah investasi masa depan. Jika Dakwah ditopang dengan ekonomi dan pendidikan akan memudahkan proses transformasi kepada masyarakat lebih cepat. Pengembangan masyarakat yang berkualitas dengan sendirinya mampu berusaha menggapai kesejahteraan masing-masing.
(3). Peradaban Islam akan maju apabila adanya ummat yang bekerja keras dan bekerja sama. Kita harus belajar dari keberhasilan orang lain yang mampu survive dan maju. Membangun kerja sama dengan masyarakat bahkan Negara akan mempercepat upaya dakwah transformatif.
Selengkapnya...