PUAN Amal Hayati SAQO Al-Jailani

Pondok Pesantren K.H. Aminuddin.
Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia.

Tuesday, January 27, 2009

Memberi Pendidikan yang Jujur

[ Rabu, 28 Januari 2009 ]

Radar Bromo, Jawa Pos

KRAKSAAN -Organisasi Puan Amal Hayati Ponpes Syech Abdul Qodir Al Jailani (SAQO) Rangkang Kraksaan siang kemarin menggelar seminar pendidikan Islam di gedung Islamic Center.

Dalam acara itu hadir dua orang narasumber praktisi akademisi. Yakni Marzuki Wahid dari UIN Bandung dan HA Rizqon Khamami dari STAIN Tulungagung. Tak kurang dari 100 perwakilan sekolah di Kabupaten Probolinggo hadir sebagai peserta dalam seminar yang dimulai sekitar pukul 08.00 kemarin.

Marzuki Wahid menjelaskan, pendidikan berbasis keislaman adalah pendidikan yang memiliki ruh keislaman. "Adapun nilai-nilai keislaman itu ialah nilai-nilai yang memiliki kebaikan di dunia dan akhirat. Nilai-nilai yang memiliki cinta sosial yaitu nilai keadilan, perdamaian, kejujuran, tanggung jawab dan membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat," jelasnya.

Menurutnya, pendidikan berbasis keislaman berpedoman kepada amar makruf nahi munkar, yaitu menyerukan kepada kebaikan dan melarang kemunkaran. Mendidik anak selayaknya dengan cara yang ma'ruf (penuh kebaikan) bukan mendidik dengan cara yang munkar (keburukan). "Cara mendidik anak harus dengan cinta dan bimbingan bukan mendidik dengan cara kekerasan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pendidikan berbasis keislaman itu berfokus pada sistem nilai yang membawa anak kepada kemaslahatan. Pendidikan yang memiliki ruh Keislaman concern kepada persoalan akhlakul karimah, seperti mengajarkan anak jujur, terbuka, tanggung jawab, toleran, hidup sederhana, hormat kepada guru dan orang tua.

"Nilai-nilai tersebut harus hadir pada setiap pembelajaran yang digelar di sekolah. Selama ini, Islam hanya dijadikan simbol-simbol saja. Misalnya, hadist bahwa kebersihan sebagian dari iman, hanya ditempel di dinding sekolah. Tetapi kelasnya kotor dan kamar mandinya bau. Sebagian Guru juga terkadang tidak peduli apakah anak didiknya membuang sampah di sembarang tempat atau tidak," terangnya.

Sementara itu, menurut HA Rizqon Khamami, guru itu hanya memahami Islam hanya dalam konteks ritual saja. "Seperti apakah di sekolah, ada program salat berjamaah, puasa di bulan ramadan, mengumpulkan zakat fitrah, sedangkan pada tataran nilai hidup bersih, tidak boros, jujur kurang mendapat perhatian," katanya.

Alih-alih mendidik anak untuk jujur, seringkali saat ujian guru memberi bocoran soal agar muridnya lulus UNAS. "Hal itu adalah perilaku yang jauh dari sifat jujur. Secara tidak sadar anak telah diajarkan untuk memanipulasi kemampuannya dengan jawaban yang diberikan oleh guru," katanya.

Oleh karena terang H A Rizqon Khamami, untuk melatih kejujuran harus dilakukan oleh keteladanan guru dan orang tua untuk berperilaku jujur. Kejujuran tidak bisa diajarkan dengan cara teori saja atau menghafalkan tetapi mesti dipraktekkan dalam keseharian.

Subaidah, guru PAUD dari Desa Alaskandang menanyakan, bagaimana mengajarkan nilai-nilai keislaman pada anak-anak dan dampak positif dan negatif dari metode pendidikan klasik dan modern

Dengan lugas Marzuki Wahid menjawabnya dengan mengutif perkataan Ibul Qoyyim Al-Jauzi bahwa semua cara yang dilakukan untuk memperjuangkan keadilan dan kemaslahatan adalah Islam. "Jadi apapun metode yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan adalah Islam. Semua metode pendidikan dari barat, Asia dari timur tengah, apabila hal itu membawa kemaslahatan ummat dan keadilan, maka boleh diterapkan di sekolah-sekolah. Yang paling terpenting adalah bagaimana seorang guru itu mampu mendidik anak didiknya menjadi anak yang selamat dunia akhirat," jawabnya.(ain)

http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=61126






4 Tanggapan:

Anonymous Anonymous said...

Menanggapi pendapat yang diutarakan oleh HA Rizqon, bahwa pendidikan memang salah sudut pandang, banyak yang memandang pendidikan itu adalah pencapaian sebuah angka dan angka itupun untuk mengukur tingkat kecerdasan dan kemampuan seseorang intuk mengingat sebuah pengetahuan, sementara pondasi dari semua itu adalah perilaku, sifat, watak, akhlak, kebiasaan dan pola berfikir seseorang kadang belum tersentuh oleh angka/nilai.
Bila nilai dari akhlak, kebiasaan, watak, sifat dan perilaku seseorang kurang dari normal maka apapun yang dia lakukan akan berakibat buruk pula.
Banyak ahli kimia menjadi teroris, banyak sarjana menjadi pejabat yang korup, banyak artis berpose bugil dengan alasan seni.
Baki kami, membiasakan anak didik mengucap salam, membiasakan anak didik menghormat guru, biasa teratur, biasa tertib, biasa bersabar, jujur dan biasa-biasa lain yang baik-baik tentunya akan menjadikan anak didik mempunyai dasar pribadi yang baik, sehingga menjadi apapun anak itu nanti akan bergna bagi nusa dan bangsa.
Bukankah seorang karyawan rendahan yang jujur dan penuh tanggung jawab itu lebih menguntungkan bagi negara daripada Pejabat tinggi yang korup.
Bila anak didik sudah TERBIASA berbuat baik, maka dia sulit untuk diajak berbuat jelek.
Semoga para pendidik di masa yang akan datang lebih mementingkan nilai akhlak daripada kepandaian semata.

7:16 AM  
Anonymous Anonymous said...

Thank

bisnis online

4:32 AM  
Anonymous www.pontevedra-3d.com said...

So, I don't actually believe this will work.

12:35 AM  
Anonymous cara mengobati ejakulasi dini said...

jujur sebuah kata yang mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan

2:05 AM  

Post a Comment

<< Halaman Utama