PUAN Amal Hayati SAQO Al-Jailani

Pondok Pesantren K.H. Aminuddin.
Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia.

Sunday, November 30, 2008

Ngelmu ke Tiga Negara

Radar Bromo, Jawa Pos, Senin, 01 Desember 2008
KRAKSAAN - Nama Najlah Naqiyah sudah tidak asing lagi di Kraksaan. Selain berkecimpung sebagai aktivis pemberdayaan perempuan, dia juga bergelut memperjuangkan kemajuan pendidikan. Apa aktivitasnya selain itu?


Ena, begitu ia karib disapa, sehari-hari bekerja sebagai dosen di STAI Zaha Genggong dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). "Selain aktivitas mengajar, saat ini saya juga sedang menyelesaikan kuliah di S3 di Universitas Negeri Malang (UM)," ujarnya saat ditemui Radar Bromo kemarin.

Aktivitas yang dijalani Ena sekarang adalah jawaban dari cita-cita menjadi ilmuwan yang dipupuknya sejak kecil. "Sejak masih nyantri di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang saya sudah suka membaca. Bahkan, sekarang saya juga hobi menulis. Kalau ingin membaca tulisan saya, silakan lihat di http: najlah.blogspot.com," ujar putri pasangan KH Abdul Bar Makki dan Hj Sa'diyah Aminuddin ini setengah berpromosi.

Menjadi ilmuwan tak harus melulu berkutat dengan buku dan kehidupan kampus yang bak menara gading. Sebagai aktivis perempuan dan pendidikan Ena tak jarang harus turun langsung ke lapangan. Bahkan, sebagai ketua LSM Puan Amal Hayati Syech Abdul Qodir Jailani (SAQO) Kabupaten Probolinggo ia harus merelakan sebagian waktunya untuk "mendengar" orang lain. Terutama para perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Di Puan Amal Hayati, saya selalu mengadvokasi dan menerima berbagai macam laporan kasus dari para ibu-ibu yang teraniaya. Alhamdulillah, sudah banyak yang sudah tertangani," kata perempuan yang lahir di Bangkalan 6 September 1978 ini.

Bukan hanya soal advokasi perempuan, Ena juga getol dalam aktivitas memajukan pendidikan. Bersama Shinta Nuriyah (istri KH Abdurrahman Wahid) Ena sudah pernah menyinggahi Amerika, Thailand, dan Hongkong.

"Di sana saya banyak mendapat pengalaman ilmiah tentang pendidikan dan sistemnya serta pembelajaran demokrasi. Saya akan berjuang untuk menerapkannya di Probolinggo ini. Sisi positif pola pendidikan semacam kedisiplinan dan metodologi pengajaran dan lainnya bisa kita adopsi," terangnya.

Perempuan calon doktor ini memiliki motto hidup, mengurangi penderitaan dan memperbaiki karakter. "Untuk mendapat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang baik perempuan tak boleh putus sekolah," ujar perempuan penggemar bakso ini. (ain)
Selengkapnya...