PUAN Amal Hayati SAQO Al-Jailani

Pondok Pesantren K.H. Aminuddin.
Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia.

Wednesday, December 31, 2008

Lakukan Kirab dan Bagi Santunan

[ Selasa, 30 Desember 2008 ]

Lakukan Kirab dan Bagi Santunan

Santri Ponpes Zaha Gelar Seminar

KRAKSAAN - Beragam kegiatan digelar memperingati Tahun Baru Islam. Siswa SD Insan Terpadu Sumberanyar Paiton misalnya, kemarin melakukan kirab dakwah. Mereka juga memberi santunan kepada puluhan warga fakir miskin dan anak yatim di pendapa kecamatan Paiton.

Tepat pukul 07.30 WIB, iring-iringan kirab dimulai. Sebanyak 235 siswa dan 50 guru mengikuti acara yang start dari halaman SD Insan Terpadu menuju pendapa Kecamatan Paiton.

Saat kirab, para siswa membawa poster. Bunyinya: Kobarkan semanagat baru di tahun baru, Berjuang sampai titik penghabisan, Di tahun baru Islam, Tebalkan iman, jangan nodai Islam, Indahnya Bersama Islam. Tore pacakang ibadah taretan. Je'kaloppae asokkor de'ka Allah. Nyara pasabber ngadeppi ujian (Mari rajin beribadah. Jangan lupa bersyukur kepada Allah), Say Yes to Peace.

"Semua poster, bendera dan tulisannya itu karya mereka sendiri. Guru tidak ikut-ikut. Karena kami memang mengajari mereka kreatif," kata kepala SD Insan Terpadu Khuzaini Tamrin kepada Radar Bromo, kemarin.

Selain itu, kirab juga diiringi hadrah yang ada di atas mobil pikab dan orasi. "Isinya juga dibuat oleh siswa secara bersama-sama. Tentang sejarah Nabi Muhammad dan sejarah penetapan tahun baru Islam," katanya.

Sesampai di pendapa Kecamatan Paiton, dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada puluhan fakir miskin dan anak yatim piatu. "Santunannya berupa sembako dan peralatan sekolah," terangnya.

Menurutnya, dana santunan itu hasil infak siswa setiap hari Jumat. "Santunan itu setiap tahunnya dua kali, pada bulan puasa dan tahun baru Islam," terangnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Nahdlatul Umah KH Fauzi Imron Lc mengatakan, saat ini telah memasuki tahun baru Islam 1430 Hijriyah. "Artinya, kita memasuki babak baru dalam hidup kita," katanya.

Karena itu, keluarga besar Insan Terpadu mengajak dan mengingatkan umat Islam untuk memahami makna yang terkandung dalam tahun baru Islam ini. "Bagaimana umat tidak sekedar merasa bahagia. Namun juga harus tahu apakah yang harus kita lakukan,' tambahnya.

Yang terpenting, tambahnya, bahwa penetapan tahun Hijriyah ini dikaitkan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dari Makkah menuju Madinah. "Hal ini beliau lakukan karena adanya tekanan bertubi-tubi dari kalangan kafir Quraisy," jelasnya.

Selanjutnya, jelas Kiai Fauzi, dalam memaknai tahun Hijriyah, hendaklah menyempatkan diri untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan Islam. Jadikan tahun baru Islam sebagai pendorong semangat juang baru. Apalagi pada zaman modern ini. Umat Islam di berbagai penjuru telah dijajah dengan berbagai cara. Salah satunya lewart media, baik cetak maupun elektronik.

"Intinya, zaman boleh berubah, tetapi keyakinan kita kepada Allah dan semangat meneladani akhlak Rasulullah tidak boleh luntur. Mari kita perbaharui iman, ibadah, semangat jihad atau ruhul jihad Islam dan lebih memperkaya diri dengan ilmu," tegasnya.

Sementara itu, tahun baru Islam diperingati santri Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong Pajarakan Kabupaten Probolinggo dengan menggelar seminar bertema Islam, Aswaja dan Pesantren.

Seminar digelar di aula Ponpes Zainul Hasan Genggong mulai pukul 09.00 WIB. Sebagai narasumber KH Tauhidullah Badri, pengasuh Ponpes Badriddujah Kraksaan, KH Syaifuddin Zuhri, Wakil Khotib PW NU Jawa Timur, dan aktivis perempuan Najlatun Naqiyah dari Kraksaan.

Seminar yang diseleggarakan oleh Lembaga Perpustakaan, IPNU FKS dan Gerakan Musyawarah Ponpes Zaha Genggong itu dihadiri ratusan peserta. Sebelum seminar dimlai, ada doa bersama yang dipimpin oleh Kiai Syaifuddin Zuhri. "Mari kita berdoa bersama untuk tahun baru Islam ini. Semoga kita lebih baik dari tahun sebelumnya," ajaknya.

Setelah itu, dia langsung menyampaikan, materi tentang kondisi Islam, pesantren dan Aswaja di Indonesia. "Walaupun di Indonesia itu ada wacana apapun tentang Islam, itu hal yang wajar. Namun yang terpenting pada seorang santri itu adalah menjaga keimanan dan kemurnian ibadah kita kepada Allah," terangnya.

Pesantren, saat ini harus mempertahankan tradisi salafnya. Yakni selalu memberikan pelajaran kepada santrinya untuk memahami segala isi kitab salaf. "Karena kitab salaf itu adalah kekuatan pesantren. Namun bukan kita menolak apa yang berkembang di luar pesantren. Artinya filternya harus kuat dulu baru berpikir ke yang lainnya," katanya.

Sementara itu menurut KH Tauhidullah Badri, bahwa tradisi yang ada di luar pesantren itu, jangan asal diterima, tapi difilter terlebih dahulu. "Kalau baik kita terima. Sekarang ini, santri jangan sampai meninggalkan ajaran Aswaja. Arena Aswaja itu sudah hasil ijtihad para ulama," jelasnya.

Tantangan Islam sekarang ini kata kiai Tauhid, semakin berat. Globalisasi menggoda umat Islam sedemikian rupa dahsyat dan canggihnya. "Hal itu tidak bisa kita lawan, tapi umat Islam harus pandai-pandai memaknainya sesuai ajaran Aswaja," terangnya.

Sementara itu, Najlatun Naqiyah lebih spesifik kepada pesantren dan NU. Menurutnya, pesantren sebagai benteng NU sudah seharusnya menjadi benteng-benteng ajaran NU yang sesungguhnya ketika gempuran aliran-aliran Islam dari luar negeri (tran-nasional).

"Oleh karena itu, kewajiban orang NU untuk memelihara ajaran NU dari ideologi trans-nasional, serta menjaga pesantren dari gempuran tangan-tangan non NU, yang pada gilirannya menurunkan citra pesantren," jelasnya. (ain)

http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=53352






1 Tanggapan:

Anonymous www.navarra-3d.com said...

Quite worthwhile material, thank you for the post.

8:29 AM  

Post a Comment

<< Halaman Utama