PUAN Amal Hayati SAQO Al-Jailani

Pondok Pesantren K.H. Aminuddin.
Rangkang, Kraksaan, Probolinggo, Jawa Timur, Indonesia.

Tuesday, January 27, 2009

Memberi Pendidikan yang Jujur

[ Rabu, 28 Januari 2009 ]

Radar Bromo, Jawa Pos

KRAKSAAN -Organisasi Puan Amal Hayati Ponpes Syech Abdul Qodir Al Jailani (SAQO) Rangkang Kraksaan siang kemarin menggelar seminar pendidikan Islam di gedung Islamic Center.

Dalam acara itu hadir dua orang narasumber praktisi akademisi. Yakni Marzuki Wahid dari UIN Bandung dan HA Rizqon Khamami dari STAIN Tulungagung. Tak kurang dari 100 perwakilan sekolah di Kabupaten Probolinggo hadir sebagai peserta dalam seminar yang dimulai sekitar pukul 08.00 kemarin.

Marzuki Wahid menjelaskan, pendidikan berbasis keislaman adalah pendidikan yang memiliki ruh keislaman. "Adapun nilai-nilai keislaman itu ialah nilai-nilai yang memiliki kebaikan di dunia dan akhirat. Nilai-nilai yang memiliki cinta sosial yaitu nilai keadilan, perdamaian, kejujuran, tanggung jawab dan membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat," jelasnya.

Menurutnya, pendidikan berbasis keislaman berpedoman kepada amar makruf nahi munkar, yaitu menyerukan kepada kebaikan dan melarang kemunkaran. Mendidik anak selayaknya dengan cara yang ma'ruf (penuh kebaikan) bukan mendidik dengan cara yang munkar (keburukan). "Cara mendidik anak harus dengan cinta dan bimbingan bukan mendidik dengan cara kekerasan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pendidikan berbasis keislaman itu berfokus pada sistem nilai yang membawa anak kepada kemaslahatan. Pendidikan yang memiliki ruh Keislaman concern kepada persoalan akhlakul karimah, seperti mengajarkan anak jujur, terbuka, tanggung jawab, toleran, hidup sederhana, hormat kepada guru dan orang tua.

"Nilai-nilai tersebut harus hadir pada setiap pembelajaran yang digelar di sekolah. Selama ini, Islam hanya dijadikan simbol-simbol saja. Misalnya, hadist bahwa kebersihan sebagian dari iman, hanya ditempel di dinding sekolah. Tetapi kelasnya kotor dan kamar mandinya bau. Sebagian Guru juga terkadang tidak peduli apakah anak didiknya membuang sampah di sembarang tempat atau tidak," terangnya.

Sementara itu, menurut HA Rizqon Khamami, guru itu hanya memahami Islam hanya dalam konteks ritual saja. "Seperti apakah di sekolah, ada program salat berjamaah, puasa di bulan ramadan, mengumpulkan zakat fitrah, sedangkan pada tataran nilai hidup bersih, tidak boros, jujur kurang mendapat perhatian," katanya.

Alih-alih mendidik anak untuk jujur, seringkali saat ujian guru memberi bocoran soal agar muridnya lulus UNAS. "Hal itu adalah perilaku yang jauh dari sifat jujur. Secara tidak sadar anak telah diajarkan untuk memanipulasi kemampuannya dengan jawaban yang diberikan oleh guru," katanya.

Oleh karena terang H A Rizqon Khamami, untuk melatih kejujuran harus dilakukan oleh keteladanan guru dan orang tua untuk berperilaku jujur. Kejujuran tidak bisa diajarkan dengan cara teori saja atau menghafalkan tetapi mesti dipraktekkan dalam keseharian.

Subaidah, guru PAUD dari Desa Alaskandang menanyakan, bagaimana mengajarkan nilai-nilai keislaman pada anak-anak dan dampak positif dan negatif dari metode pendidikan klasik dan modern

Dengan lugas Marzuki Wahid menjawabnya dengan mengutif perkataan Ibul Qoyyim Al-Jauzi bahwa semua cara yang dilakukan untuk memperjuangkan keadilan dan kemaslahatan adalah Islam. "Jadi apapun metode yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan adalah Islam. Semua metode pendidikan dari barat, Asia dari timur tengah, apabila hal itu membawa kemaslahatan ummat dan keadilan, maka boleh diterapkan di sekolah-sekolah. Yang paling terpenting adalah bagaimana seorang guru itu mampu mendidik anak didiknya menjadi anak yang selamat dunia akhirat," jawabnya.(ain)

http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=61126
Selengkapnya...





Pendidikan Berbasis Keislaman: Kedepankan Nilai Kemaslahatan

Nahdliyin, Duta Masyarakat
Rabu, 28 Januari 2009

PROBOLINGGO. Pendidikan berbasis keislaman adalah pendidikan yang memiliki ruh keislaman. Nilai-nilai Keislaman adalah nilai-nilai yang memiliki kebaikan di dunia dan akhirat. Nilai-nilai yang memiliki cita sosial yaitu nilai keadilan, perdamaian, kejujuran, tanggung jawab dan membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat.

Hal itu terungkap dalam seminar pendidikan berbasis Islam, diadakan di Puan Amal Hayati Syaqo al-Jailani Rangkang Kraksaan Probolinggo, Senin (26/1). Tampil sebagai pembicara, antara lain, Marzuki Wahid MAg (Dosen UIN Bandung dan Intelektual Muda NU) dan H A. Rizqon Khamami Lc, MA. (Dosen STAIN Tulung Agung) dengan moderator Najlah Naqiyah M Pd (Dosen Universitas Negeri Surabaya).

Dalam seminar diikuti sebanyak 100 peserta guru utusan dari sekolah sekolah pesantren se-Kabupaten Probolinggo, diungkapkan ihwal pendidikan berbasis Keislaman berpedoman kepada amar ma?ruf nahi munkar, yaitu menyerukan kepada kebaikan dan melarang kemungkaran.?

?Mendidik anak selayaknya dengan cara yang ma?ruf (penuh kebaikan) bukan mendidik?dengan cara yang mungkar (kekerasan).?Cara mendidik anak harus dengan cinta dan bimbingan bukan mendidik dengan cara kekerasan,? ujar Marzuki Wahid.

Pendidikan Berbasis Keislaman berfokus pada?sistem nilai yang membawa anak kepada kemaslahatan. pendidikan yang memiliki ruh Keislaman konsern kepada persoalan akhlakul karimah, seperti mengajarkan anak jujur, terbuka, tanggung jawab, toleran, hidup sederhana, hormat kepada guru dan orang tua.?

Nilai-nilai tersebut harus hadir pada setiap pembelajaran yang digelar di sekolah. Selama?ini, Islam hanya dijadikan simbol-simbol saja, misalnya hadis (annadhafatu minal iman)?bahwa kebersihan sebagian dari Iman, hanya ditempel di dinding sekolah, tetapi kelasnya kotor dan kamar mandinya bau.

Sebagian guru juga terkadang tidak perduli apakah anak didiknya membuang sampah di sembarang tempat atau tidak.?Guru hanya memahami Islam hanya dalam konteks ritual saja, seperti apakah disekolah ada program solat berjamaah, puasa?dibulan ramadlan, mengumpulkan zakat fitrah, sedangkan pada tataran nilai?hidup bersih, tidak boros, jujur kurang mendapat perhatian.

Alih-alih,?mendidik anak untuk jujur, seringkali saat ujian anak-anak diberikan bocoran soal agar anak-anak lulus Unas. Hal itu adalah perilaku yang?jauh dari sifat jujur. Secara tidak sadar anak telah diajarkan untuk memanipulasi?kemampuannya dengan jawaban yang diberikan oleh guru.?

Oleh karena itu,?untuk melatih kejujuran mesti dilakukan oleh keteladanan guru dan orang tua untuk berperilaku jujur. kejujuran tidak bisa diajarkan dengan cara teori saja atau menghapalkan tetapi mesti dipraktekkan dalam keseharian.

Peserta sangat antusias mengikuti seminar tersebut. Sebanyak 7 peserta bertanya, antara lain Subaidah dari Guru PAUD Alas kandang, Siti fatimah dari guru SDI?Sidopekso, Sholihah dari guru MTs Besuk, Abdul kholik (guru Diniyah P.P. SAQO al-Jailaji Rangkang), Masrus Fadloli dari SMP Zainul Hasan Genggong, Hendari dari STAI Zainul Hasan, dan Zainuddin dari Sidopekso.

Pertanyaan para guru berkisar pada metode pendidikan berbasis Keislaman, bagaimana mengajarkan?nilai-nilai Keislaman pada anak-anak, dampak positif dan negatif dari metode pendidikan klasik dan modern,?bagaimana agar pendidikan agama Islam bisa didesentralisasi?menurut kebijakan lokal serta bagaimana agar pesantren menjadi benteng Nahdatul ulama yang kokoh?

Semua pertanyaan tersebut dijawab secara lugas oleh kedua nara sumber Marzuki Wahid dan Rizqon Khamami. Menurut Marzuki, yang mengutip Ibul Qoyyim al-Jauzi, semua cara yang dilakukan untuk?memperjuangkan keadilan dan kemaslahatan adalah Islam. Jadi apapun metode yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan adalah Islam.

?Semua metode pendidikan dari barat, Asia?dari timur tengah, apabila hal itu?membawa kemaslahatan ummat dan keadilan, maka boleh diterapkan di sekolah-sekolah,? tuturnya. (rn)

http://www.dutamasyarakat.com/1/02dm.php?mdl=dtlartikel&id=10094
Selengkapnya...





Wednesday, December 31, 2008

Lakukan Kirab dan Bagi Santunan

[ Selasa, 30 Desember 2008 ]

Lakukan Kirab dan Bagi Santunan

Santri Ponpes Zaha Gelar Seminar

KRAKSAAN - Beragam kegiatan digelar memperingati Tahun Baru Islam. Siswa SD Insan Terpadu Sumberanyar Paiton misalnya, kemarin melakukan kirab dakwah. Mereka juga memberi santunan kepada puluhan warga fakir miskin dan anak yatim di pendapa kecamatan Paiton.

Tepat pukul 07.30 WIB, iring-iringan kirab dimulai. Sebanyak 235 siswa dan 50 guru mengikuti acara yang start dari halaman SD Insan Terpadu menuju pendapa Kecamatan Paiton.

Saat kirab, para siswa membawa poster. Bunyinya: Kobarkan semanagat baru di tahun baru, Berjuang sampai titik penghabisan, Di tahun baru Islam, Tebalkan iman, jangan nodai Islam, Indahnya Bersama Islam. Tore pacakang ibadah taretan. Je'kaloppae asokkor de'ka Allah. Nyara pasabber ngadeppi ujian (Mari rajin beribadah. Jangan lupa bersyukur kepada Allah), Say Yes to Peace.

"Semua poster, bendera dan tulisannya itu karya mereka sendiri. Guru tidak ikut-ikut. Karena kami memang mengajari mereka kreatif," kata kepala SD Insan Terpadu Khuzaini Tamrin kepada Radar Bromo, kemarin.

Selain itu, kirab juga diiringi hadrah yang ada di atas mobil pikab dan orasi. "Isinya juga dibuat oleh siswa secara bersama-sama. Tentang sejarah Nabi Muhammad dan sejarah penetapan tahun baru Islam," katanya.

Sesampai di pendapa Kecamatan Paiton, dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada puluhan fakir miskin dan anak yatim piatu. "Santunannya berupa sembako dan peralatan sekolah," terangnya.

Menurutnya, dana santunan itu hasil infak siswa setiap hari Jumat. "Santunan itu setiap tahunnya dua kali, pada bulan puasa dan tahun baru Islam," terangnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Nahdlatul Umah KH Fauzi Imron Lc mengatakan, saat ini telah memasuki tahun baru Islam 1430 Hijriyah. "Artinya, kita memasuki babak baru dalam hidup kita," katanya.

Karena itu, keluarga besar Insan Terpadu mengajak dan mengingatkan umat Islam untuk memahami makna yang terkandung dalam tahun baru Islam ini. "Bagaimana umat tidak sekedar merasa bahagia. Namun juga harus tahu apakah yang harus kita lakukan,' tambahnya.

Yang terpenting, tambahnya, bahwa penetapan tahun Hijriyah ini dikaitkan dengan peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat dari Makkah menuju Madinah. "Hal ini beliau lakukan karena adanya tekanan bertubi-tubi dari kalangan kafir Quraisy," jelasnya.

Selanjutnya, jelas Kiai Fauzi, dalam memaknai tahun Hijriyah, hendaklah menyempatkan diri untuk mengingat kembali sejarah perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menyebarkan Islam. Jadikan tahun baru Islam sebagai pendorong semangat juang baru. Apalagi pada zaman modern ini. Umat Islam di berbagai penjuru telah dijajah dengan berbagai cara. Salah satunya lewart media, baik cetak maupun elektronik.

"Intinya, zaman boleh berubah, tetapi keyakinan kita kepada Allah dan semangat meneladani akhlak Rasulullah tidak boleh luntur. Mari kita perbaharui iman, ibadah, semangat jihad atau ruhul jihad Islam dan lebih memperkaya diri dengan ilmu," tegasnya.

Sementara itu, tahun baru Islam diperingati santri Ponpes Zainul Hasan (Zaha) Genggong Pajarakan Kabupaten Probolinggo dengan menggelar seminar bertema Islam, Aswaja dan Pesantren.

Seminar digelar di aula Ponpes Zainul Hasan Genggong mulai pukul 09.00 WIB. Sebagai narasumber KH Tauhidullah Badri, pengasuh Ponpes Badriddujah Kraksaan, KH Syaifuddin Zuhri, Wakil Khotib PW NU Jawa Timur, dan aktivis perempuan Najlatun Naqiyah dari Kraksaan.

Seminar yang diseleggarakan oleh Lembaga Perpustakaan, IPNU FKS dan Gerakan Musyawarah Ponpes Zaha Genggong itu dihadiri ratusan peserta. Sebelum seminar dimlai, ada doa bersama yang dipimpin oleh Kiai Syaifuddin Zuhri. "Mari kita berdoa bersama untuk tahun baru Islam ini. Semoga kita lebih baik dari tahun sebelumnya," ajaknya.

Setelah itu, dia langsung menyampaikan, materi tentang kondisi Islam, pesantren dan Aswaja di Indonesia. "Walaupun di Indonesia itu ada wacana apapun tentang Islam, itu hal yang wajar. Namun yang terpenting pada seorang santri itu adalah menjaga keimanan dan kemurnian ibadah kita kepada Allah," terangnya.

Pesantren, saat ini harus mempertahankan tradisi salafnya. Yakni selalu memberikan pelajaran kepada santrinya untuk memahami segala isi kitab salaf. "Karena kitab salaf itu adalah kekuatan pesantren. Namun bukan kita menolak apa yang berkembang di luar pesantren. Artinya filternya harus kuat dulu baru berpikir ke yang lainnya," katanya.

Sementara itu menurut KH Tauhidullah Badri, bahwa tradisi yang ada di luar pesantren itu, jangan asal diterima, tapi difilter terlebih dahulu. "Kalau baik kita terima. Sekarang ini, santri jangan sampai meninggalkan ajaran Aswaja. Arena Aswaja itu sudah hasil ijtihad para ulama," jelasnya.

Tantangan Islam sekarang ini kata kiai Tauhid, semakin berat. Globalisasi menggoda umat Islam sedemikian rupa dahsyat dan canggihnya. "Hal itu tidak bisa kita lawan, tapi umat Islam harus pandai-pandai memaknainya sesuai ajaran Aswaja," terangnya.

Sementara itu, Najlatun Naqiyah lebih spesifik kepada pesantren dan NU. Menurutnya, pesantren sebagai benteng NU sudah seharusnya menjadi benteng-benteng ajaran NU yang sesungguhnya ketika gempuran aliran-aliran Islam dari luar negeri (tran-nasional).

"Oleh karena itu, kewajiban orang NU untuk memelihara ajaran NU dari ideologi trans-nasional, serta menjaga pesantren dari gempuran tangan-tangan non NU, yang pada gilirannya menurunkan citra pesantren," jelasnya. (ain)

http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=53352
Selengkapnya...





Tuesday, December 02, 2008

Sudah Menulis 2 Buku

Radar Bromo, Jawa Pos, Rabu, 03 Desember 2008
KRAKSAAN -Tinggal di asrama pesantren membawa manfaat besar bagi Sri Utami, 16. Stigma asrama pesantren yang cenderung eksklusif, terkurung, dan jauh dari dunia luar justru membuatnya mendapat banyak pencerahan. Apa saja bentuknya?


"Saya sudah berhasil menulis 2 jilid buku berjudul Seni Konveksi dan Desainer Kaus. Saya ingin membuktikan bahwa siswi sekolah swasta juga bisa cerdas dan berkarya. Kalau bisa memanfaatkan waktu dengan baik Insyaallah bermanfaat," ujar siswi kelas II SMK Syech Abdul Qodir Al Jailani (SAQO) Desa Rangkang Kecamatan Kraksaan ini.

Buku yang ditulis Utami memang buku teori konveksi yang sederhana. Masing-masing buku hanya berisi 21 halaman. Namun, dengan itu ia telah membuktikan bisa berkarya dan menorehkan hasil-hasil pikirannya. "Dua buku itu baru dikonsumsi para siswa di SMK SAQO dan para alumninya," katanya.

Utami bercerita bahwa inspirasi menulis buku itu didapatkannya sepulang mengikuti pelatihan seni konveksi selama 15 hari di sekolah. "Sejak itu saya semangat untuk membuat buku sebagai panduan untuk teman-teman dan para alumni lainnya," jelas gadis kelahiran Probolinggo 25 Mei 1992 ini.

Walau sudah menulis dua jilid buku tentang seni konveksi Utami mengaku belum puas. Ia mengaku masih mengejar terus cita-cita sebagai ahli komputer yang diidamkannya sejak kecil. "Makanya saya ambil di jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Dan untuk menopang cita-cita saya itu, saya harus lihai komputer dan bahasa Inggris," jelasnya.

Karena Utami tinggal di asrama puteri KH Aminuddin, aktivitas sehari-harinya hanya mengikuti pengajian kitab kuning dan belajar komputer. "Alhamdulillah, dengan buku itu saya bisa membantu beban keluarga untuk biaya sekolah saya,"ujar perempuan yang suka makan mie ayam ini.

Bagaimana dengan prestasi lain? Utami menyatakan belum ada. "Karena saya belum pernah ikut lomba. Hanya waktu SMP saya mendapat ranking 10 besar. Selanjutnya, saya juga kepingin ikut lomba pidato bahasa Inggris. Biar bisa mengekspresikan kemampuan bahasa Inggris saya," katanya. (ain)

http://www.jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=46351
Selengkapnya...





Sunday, November 30, 2008

Ngelmu ke Tiga Negara

Radar Bromo, Jawa Pos, Senin, 01 Desember 2008
KRAKSAAN - Nama Najlah Naqiyah sudah tidak asing lagi di Kraksaan. Selain berkecimpung sebagai aktivis pemberdayaan perempuan, dia juga bergelut memperjuangkan kemajuan pendidikan. Apa aktivitasnya selain itu?


Ena, begitu ia karib disapa, sehari-hari bekerja sebagai dosen di STAI Zaha Genggong dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). "Selain aktivitas mengajar, saat ini saya juga sedang menyelesaikan kuliah di S3 di Universitas Negeri Malang (UM)," ujarnya saat ditemui Radar Bromo kemarin.

Aktivitas yang dijalani Ena sekarang adalah jawaban dari cita-cita menjadi ilmuwan yang dipupuknya sejak kecil. "Sejak masih nyantri di Ponpes Mambaul Maarif Denanyar Jombang saya sudah suka membaca. Bahkan, sekarang saya juga hobi menulis. Kalau ingin membaca tulisan saya, silakan lihat di http: najlah.blogspot.com," ujar putri pasangan KH Abdul Bar Makki dan Hj Sa'diyah Aminuddin ini setengah berpromosi.

Menjadi ilmuwan tak harus melulu berkutat dengan buku dan kehidupan kampus yang bak menara gading. Sebagai aktivis perempuan dan pendidikan Ena tak jarang harus turun langsung ke lapangan. Bahkan, sebagai ketua LSM Puan Amal Hayati Syech Abdul Qodir Jailani (SAQO) Kabupaten Probolinggo ia harus merelakan sebagian waktunya untuk "mendengar" orang lain. Terutama para perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

"Di Puan Amal Hayati, saya selalu mengadvokasi dan menerima berbagai macam laporan kasus dari para ibu-ibu yang teraniaya. Alhamdulillah, sudah banyak yang sudah tertangani," kata perempuan yang lahir di Bangkalan 6 September 1978 ini.

Bukan hanya soal advokasi perempuan, Ena juga getol dalam aktivitas memajukan pendidikan. Bersama Shinta Nuriyah (istri KH Abdurrahman Wahid) Ena sudah pernah menyinggahi Amerika, Thailand, dan Hongkong.

"Di sana saya banyak mendapat pengalaman ilmiah tentang pendidikan dan sistemnya serta pembelajaran demokrasi. Saya akan berjuang untuk menerapkannya di Probolinggo ini. Sisi positif pola pendidikan semacam kedisiplinan dan metodologi pengajaran dan lainnya bisa kita adopsi," terangnya.

Perempuan calon doktor ini memiliki motto hidup, mengurangi penderitaan dan memperbaiki karakter. "Untuk mendapat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang baik perempuan tak boleh putus sekolah," ujar perempuan penggemar bakso ini. (ain)
Selengkapnya...





Thursday, July 10, 2008

Tiga Santri Idola Lolos Audisi

Mewakili Probolinggo ke Jawa Timur


Radar Bromo, Jawa Pos. Jum'at, 11 Juli 2008
KRAKSAAN - Tiga peserta audisi Santri Idola dinyatakan lolos ke Jawa Timur. Sukses itu diperoleh setelah mereka bersaing dengan 80 peserta lainnya di gedung Islamic Centre Kraksaan, Rabu (9/7). Rencananya, audisi di tingkat Jawa Timur digelar tanggal 25 Juli nanti.

Sebagai juara I, Untung Prayudi, dari Pesantren Lubbul Labib Kedungsari Kecamatan Maron, juara II Muhammad Idris dari pesantren Sirajul Ulum, Desa Banjarsari, Kecamatan Sumberasih, danjuara III Muhammad Muhdar dari pesantren Syekh Abdul Qadir al Jailani, Desa Rangkang, Kraksaan.

Menurut ketua panitia Najlah Naqiyah, jumlah peserta audisi Santri Idola, melebih target. "Targetnya 50 peserta. Tapi akhirnya menjadi 80 peserta. Ini menunjukkan banyak pesantren yang antusias mengikuti acara ini," katanya.

Sementara itu, menurut salah satu komentator lomba, Rizqon Khamami, hampir semua peserta bagus dalam retorikanya. Kelemahannya hanya kurang pengalaman berhadapan dengan penonton. "Jadinya, banyak peserta yang grogi dan kaku dalam menyampaikan pidatonya," jelas Rizqon yang ditemui Radar Bromo usai acara.

Untung Prayudi saat ditemui Radar Bromo mengaku bersyukur karena dirinya bisa menang dalam audisi itu. "Semua ini berkat dukungan para guru, teman, dan orang tua. Saya berterima kasih pada semuanya yang memberikan saya semangat dan akhirnya bisa menjadi juara," ujar Untung sambil memegang tropi juara satu yang didapatnya.

Selain itu, menurut Bupati Hasan Aminuddin dalam sambutannya di penutupan acara, santri saat ini sudah waktunya untuk berada di garda depan dalam segala hal. Profesional dalam menyampaikan syiar-syiar Islam. Santri tidak hanya memahami ilmu agama saja, tetapi semua aspek harus dipelajari secara utuh.

"Saat ini, sudah waktunya santri bangkit. Profesional dalam segala bahasa. Tetapi jangan lupa kalau menjadi santri yang berguna bagi masyarakat, agama dan negara. Jangan lupa juga kepada daerah dan kultur daerahnya," jelasnya.

Hasan juga merencanakan, dalam bulan puasa nanti, di Kota Kraksaan akan mengadakan lomba patrol tradisional bekerja sama dengan JTV. Itu akan diikuti oleh seluruh pesantren yang ada di kabupaten Probolinggo. "Menghibur bulan Ramadan dengan budaya daerah yang Islami," katanya.

Setelah Idul Fitri nanti, lanjut Hasan, pihaknya akan menggelar audisi untuk santri puteri. "Karena Probolinggo adalah daerah yang banyak pesantrennya, termasuk kota santri, apalagi kota Kraksaan. Mari kita bangun Kota Kraksaan ini menjadi kota percontohan kota pesantren di Indonesia," jelasnya. (ain)



http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=12181

Selengkapnya...





Wednesday, November 01, 2006

Pesantren Untuk Rehabilitasi Korban Anak KDRT

Sebagian pesantren berperan menanggulangi korban anak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dan, pesantren adalah lembaga yang bergerak di wilayah pendidikan dan sosial. Uniknya, pesantren tidak pernah menolak santri yang datang untuk menimba ilmu. Anak-anak “mondok” dari berbagai kelas sosial tinggal di pesantren. Anak diterima oleh pengasuh dengan tangan terbuka. Bisakah pesantren terus menjadi 'shelter'?


***

Pesantren Untuk Rehabilitasi Korban Anak KDRT

Oleh : Najlah Naqiyah

Penulis adalah Ketua PUAN Amal Hayati Syaqo Al-Jailani, Kraksaan, Probolinggo, dan Mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.



Sebagian pesantren berperan menanggulangi korban anak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dan, pesantren adalah lembaga yang bergerak di wilayah pendidikan dan sosial. Uniknya, pesantren tidak pernah menolak santri yang datang untuk menimba ilmu. Anak-anak “mondok” dari berbagai kelas sosial tinggal di pesantren. Anak diterima oleh pengasuh dengan tangan terbuka. Anak diasuh dengan segala riwayat kehidupan keseharian anak yang penuh warna. Anak-anak santri terdiri dari anak-anak keluarga sejahtera dan prasejahtera, anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan terlantar, nakal, minum-minuman keras, pengedar dan pemakai obat-obat terlarang. Sebagian anak-anak ada yang mengalami tindak kekerasan KDRT, mendapatkan kekerasan secara verbal, psikis, dan pelecehan seksual. Mereka dibesarkan dengan penuh caci maki, amarah dan pemukulan dari orang-orang dekat mereka. Semua anak-anak tersebut ditampung dan dibina oleh pesantren. Dalam membina anak-anak korban KDRT, namun, pesantren telah membina anak-anak dengan cara yang baik dan ada pula yang buruk.

Di pesantren anak-anak mudah digerakkan oleh para guru, baik kearah positif maupun negatif. Secara positif, anak-anak diajak mengikuti kegiatan yang mengasah potensi. Sedangkan yang mengarah ke negatif adalah mengeksploitasi anak-anak. Apakah ada pesantren yang mengeksplotasi anak-anak? Ada. Bila ditelusuri di jalanan, masih ada sebagian pesantren yang memperkerjakan anak-anak mencari dana untuk pesantren. Anak di suruh meminta-minta di pinggir jalan, bis-bis kota dan kapal serta tempat-tempat umum. Menggunakan jasa anak menopang kehidupan pesantren dengan memperkerjakan anak-anak dibawah umur adalah langkah naïf bagi pesantren. Alih-alih, pesantren sebagai tempat rehabilitasi untuk anak terlantar, justru yang terjadi adalah eksploitasi anak secara terselubung. Atas nama agama menjual anak-anak ke masyarakat untuk menggalang dana. Tentu langkah ini menjadi keprihatinan bersama.

Tindak kekerasan terhadap anak mengakibatkan penderitaan secara fisik dan psikologis. Tindak kekerasan berupa verbal dan non verbal. Kekerasan menimpa anak-anak merupakan perbuatan tidak terpuji, namun mengapa kekerasan menimpa anak-anak kerapkali terjadi? Kekerasan menimpa anak-anak disebabkan oleh ancaman, paksaan yang merampas hak-hak anak. Hak-hak anak untuk dilindungi oleh orang tua, hak memperoleh makan dan minum dan hak akses kesehatan secara layak. Anak-anak berhak untuk menolak apabila disuruh berbuat makar. Anak-anak berhak mendapat kehidupan yang terpelihara secara sehat. Namun, ironinya, banyak anak-anak yang ditelantarkan oleh orang tua, dan wali dengan berbagai alasan, misalnya, alasan kemiskinan dan keterbatasan.

Kondisi lemah dan tidak berdaya rentan mendapatkan kekerasan dari orang-orang dekatnya. Dengan dalih melindungi, mereka cenderung membatasi dan memproteksi. Anak yang masih lemah secara fisik, akan cenderung mudah diatur dan ditakut-takuti. Di lain pihak, anak-anak terlahir dan berkembang secara bertahap. Mulai fase pertumbuhan id (kepuasan dan kesenangan).
Sifat anak yang masih mendahulukan kesenangan (kepuasan id dari pada ego dan super ego), dibatasi dengan mengembangkan rasa takut dan menutup diri. Rasa takut itu muncul menjadikan anak sangat pendiam dan menolak untuk mencoba hal-hal baru. Ketakutan telah menyelimuti jiwa anak-anak. Anak-anak tumbuh menjadi anak yang rendah diri, kurang percaya diri dan hidup penuh kesakitan dan penolakan dari dirinya sendiri.

Maraknya kekerasan anak KDRT semestinya menggugah pesantren untuk berperan. Kekerasan yang dialami anak-anak berupa pemukulan, pembunuhan karakter anak-anak, pemerkosaan dan pelecehan seksual oleh orang-orang dekat, menuntut pesantren mampu merehabilitasi anak-anak korban KDRT. Anak-anak korban KDRT memperoleh perlindungan oleh pengasuh pesantren dari kekerasan yang menimpa. Perlindungan yang diberikan oleh pesantren berupa yayasan yatim piatu dan fakir miskin. Pesantren memberikan kehidupan baru bagi anak-anak agar bebas dari ancaman, pemukulan dan pelecehan. Pesantren harus mengupayakan rasa aman.

Bagaimana selayaknya pesantren merebilitasi anak korban KDRT? Ada empat strategi mengasuh anak-anak korban kekerasan KDRT di pesantren, yaitu ;
Pertama, selayaknya, pesantren memberikan model hidup yang mengarahkan anak ke peningkatan pertumbuhan yang lebih baik. Anak laksana kuncup bunga yang mekar merekah. Di Pesantren, figur orang tua digantikan oleh para guru dan pengasuh. Peran pengasuh sebagai pengganti orang tua menjadi penting sebagai model peran anak-anak. Anak-anak belajar hidup keseharian dengan mencontoh kehidupan sang guru. Apabila guru di pesantren memperlakukan anak-anak dengan kasih sayang dan penuh perhatian, maka anak-anak akan belajar mencintai dirinya sendiri dan orang lain. Sebaliknya, jika anak-anak dibiarkan oleh guru, anak-anak akan mengembangkan cara hidup yang acuh tak acuh. Seringkali, kondisi pesantren yang terdiri dari ribuan santri, menjadikan anak-anak tidak mendapatkan perhatian secara penuh dari para guru.

Kedua, Anak-anak membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari komunitas pesantren
Pesantren tempat menggembleng anak-anak secara fisik dan mental. Pesantren selayaknya menjadi tempat yang menyediakan kebutuhan materi dan mental-spiritual. Kebutuhan materi berupa kebutuhan harta benda, finansial, makan-minum. Kebutuhan mental-spiritual berupa pendidikan, spiritualitas dan rasa aman. Pesantren selayaknya memberikan fasilitas yang kaya untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. Ide-ide kreativitas menambah keunikan pesantren mengelola kehidupan anak-anak korban KDRT.

Ketiga, Anak-anak korban KDRT membutuhkan interaksi dengan teman-teman sebaya dan orang dewasa di pesantren. Anak-anak bercampur baur dan bergaul dengan anak-anak yang lebih tua umurnya. Bagaimana mengelola pergaulan yang sehat di pesantren yang berasal dari berbagai latar sosial? Model pergaulan pluralistik menjadi alternatif untuk diterapkan di pesantren. anak-anak dilatih mengelola konflik. Latihan ini dengan cara pembauran dari berbagai etnik, dari desa dan kota dengan pola asuh orang tua yang berbeda pula. Anak-anak diajarkan untuk memahami satu sama lain dengan cara berinteraksi selama tinggal di pemondokan. Anak-anak tidur, makan dan belajar bersama dalam keseharian. Anak-anak korban KDRT biasanya lebih rentan emosinya dibandingkan dengan anak-anak yang biasa. Untuk itu, membutuhkan rasa penerimaan diri untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka. Seperti seorang anak yang telah diperkosa, kemudian tinggal di pesantren, akan mengalami trauma masa lalu yang tidak mudah dilupakan. Ada krisis pribadi yang menghalangi anak tersebut untuk bergaul dengan teman sebaya. Anak-anak korban KDRT membutuhkan dorongan teman-teman sebaya untuk kuat menghadapi situasi yang telah menimpa diri anak agar diterima di lingkungan pesantren.

Keempat, Menggerakkan anak-anak korban KDRT dengan kegiatan positif. Kegiatan positif dapat menyibukkan anak untuk mengasah potensi diri. Dengan kesibukan tersebut, anak-anak menjadi tidak terbebani oleh masa lalu anak korban KDRT. Kegiatan positif misalnya, pelatihan bahasa Inggris-Arab, pengajian keagamaan, membuat keterampilan tangan, olahraga dsb. Pertumbuhan anak-anak secara positif, adalah munculnya beragam kreativitas yang senantiasa dilatih sebagai kebiasaan sehari-hari. Anak-anak senantiasa mencoba hal-hal baru dan berlatih dengan kebiasaan yang dipelajari dari para guru.

Pesantren sebagai tumpuan terakhir anak bangsa Keempat strategi diatas niscaya dilakukan oleh pesantren untuk tumbuh kembang ke arah yang lebih baik. Sebab, di pundak anak-anak, kemajuan bangsa dipertaruhkan di masa depan. Menggembleng anak-anak korban KDRT membutuhkan komitmen tinggi untuk tulus-ikhlas mendidik mereka.
Selengkapnya...





Monday, September 12, 2005

Rembulan Menangis

Seorang ayah menerima tragedi yang menimpa pada Intan, buah hatinya. Ayah ini menanggung beban berat, Intan buah hatinya telah diperkosa oleh seorang kakek berbau tanah. Intan sendiri masih duduk di kelas I SMPN. Ia telah dicabuli oleh seorang kakek sampai hamil 5 bulan. Kakek berwajah srigala ini kini melarikan diri, tidak bertanggung jawab. Intan sendiri masih berusia 14 tahun. Bagaimana itu semua bisa terjadi?

***


Rembulan Menangis

Oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Rembulan menangis
Diserambi malam
Intan buah hatimu di cabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang pun beku dalam luka
Untukmu saudaraku
Kami semua turut berduka
Lolong burung malam di rimba
Melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
Duka kami remuk didada
Doa kami, bersama-sama
Untukmu…
Untukmu…
Anginpun menjeit
Badai bergemuruh
Semuanya marah
Hanya iblis terbahak bersorak


Bait lagu Ebit G. AD melantunkan kesedihan para orang tua. Seperti kisah seorang ayah yang menjumpai tragedi menimpa Intan buah hatinya. Ayah yang menanggung beban berat. Intan buah hatinya telah diperkosa oleh seorang kakek berbau tanah. Intan sendiri masih duduk di kelas I SMPN. Ia telah dicabuli oleh seorang kakek sampai hamil 5 bulan. Kakek berwajah srigala ini kini melarikan diri, tidak bertanggung jawab.

Intan, anak perempuan berumur 14 tahun. Intan memasuki usia pubertas. Intan yang sedang mekar dan tumbuh, gembira berangkat ke sekolah SMP. Tiba-tiba suatu hari dipukul, diancam akan dibunuh. Akhirnya, Intan dipaksa berhubungan seksual dengan kakek-kakek bejat. Intan diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang tuanya. Intan diperkosa dan dibungkam. Intan telah dicabik-cabik tangan-tangan srigala. Ia telah dinodai oleh Iblis jahannam. Intan tidak tahu akibat perbuatan kotor itu. Perutnya harus menanggung janin. Ia tetap bungkam mesti perutnya terus bertambah besar. Ia tidak tahu apa-apa akibat persetubuhan itu. Ia hanya menangis, mengerang kesakitan seiring waktu berjalan. Intan yang malang dan harus menanggung hamil. Intan yang sebentar lagi harus melahirkan anak dari perbuatan keji kakek-kakek yang mencabulinya.

Intan hanya menanti pasrah dalam tangis. Ia terlalu dini menanggung penderitaan teramat berat dan menyakitkan. Hatinya terluka dan hidupnya hancur. Intan kesakitan tiap hari tiada peri. Intan tidak pernah tahu, kenapa ia harus menanggung kehamilan ini? Apa salahnya, hingga harus menanggung cobaan Tuhan sedemikian berat. Intan mestinya berlari dan bergembira disekolah saat usia pubertas, tetapi justru harus mengalami pendarahan dan kehamilan dari perkosaan.

Mengapa kekerasan kerapkali mengancam anak-anak? Intan hanyalah sekelumit kasus yang tengah nampak dipermukaan. Keresahan, ketidakamanan dan ketakutan kerap kali menghantui anak-anak. Ancaman yang terus menerus, mengakibatkan anak tidak mampu keluar dari penindasan orang dewasa. Anak-anak yang ditekan sedemikian rupa, hingga tidak berdaya. mereka dibungkam dan dibiarkan melara dalam ketertutupan. Ancaman akan cenderung menyerahkan segalanya. Anak-anak yang tidak punya kekuatan, akan mudah dihancurkan.

Modus yang dilakukan dalam kasus kekerasan anak ini, adalah memanfaatkan kelemahan anak untuk memuaskan nafsu bejatnya. Pelaku kejahatan selalu mencari orang lemah dan tidak berdaya. Usia anak-anak tergolong lemah. Usia yang perlu perlindungan keamanan. Usia yang butuh penjagaan dari orang tua. Bagaimana membekali anak-anak bersikap asertif? Anak-anak perlu diajarkan besikap asertif. Sikap berani menolak dan menghindari ancaman orang tidak bertanggung jawab. Mereka perlu diajarkan bersikap terbuka dan jujur atas segala yang menimpa tubuhnya kepada orang tua.

Hukum yang Bopeng

Wajah hukum yang bopeng, kiranya patut jadi perenungan bersama. Wajah hukum tidak memberikan rasa keadilan kepada orang-orang miskin. Orang-orang yang teraniaya hanya bisa menunggu tanpa kapan mendapatkan rasa keadilan. Orang-orang jahat dan kuat akan senantiasa bebas dari hukuman, selama tidak ada penegakan hukum. Selama hukum belum ditegakkan secara adil, anak-anak dan perempuan berada pada situasi terancam. Ancaman para pelaku kekerasan mendera hidup keseharian. Penegakan hukum atas pelecehan dan tindak asusila harus mendapat balasan hukum setimpal. Membiarkan para pelaku berkeliaran secara bebas, akan mengancam keselamatan jutaan anak-anak lain. Untuk itu, hukum yang adil perlu digerakkan guna menyeret para pelaku kekerasan kemuka pengadilan.

Pelaku kejahatan kepada anak-anak dibawah umur, merupakan tindakan tidak berperikemanusiaan. Kejadian ini tidak bisa dibiarkan. Aparat hukum mestinya menegakkan hukum yang memberikan rasa keadilan. Para pelaku yang bebas berkeliaran hanya menambah pelaku makin beringas memangsa anak-anak tidak berdosa. Diam terhadap kekerasan berarti mendorong terwujudnya kekerasan baru yang akan muncul. Bisa jadi muncul dengan bungkus baru, dengan operandi lebih kejam dan terorganisir rapi. Selayaknya, Pelaku segera ditangkap dan diproses secara hukum negara yang berlaku. Hukum yang berpedoman pada harkat manusia.

Bagaimana kasus pencabulan itu akan dihadapi? Langkah yang perlu dilakukan adalah memberikan konseling penguatan kepada keluarga korban. Rekaman wawancara konselor dengan salah satu ayah korban. Seperti contoh:

Konselor : Kapan Bapak mengetahui kejadian bahwa Intan, buah hati bapak telah hamil?
Klien : Waktu pulang dari kerja, saya tahu dari saudara saya,ia juga masih saudara tukang pijit. Mendatangi saya saat sore hampir magrib, ia berkata, “Intan hamil”. Ia mendengar dari tukang pijat. Sama ibunya memang Intan disuruh pijat, sebab Intan berseru, lelah, karena naik sepeda ke sekolah SMP. Seumpama tukang pijat langsung memberi tahu kepada saya atau ibunya tentang Intan, tidak akan mencuat berita ke kampung. Tapi tukang pijat tidak memberitahu apa-apa. Saudara saya kerumah hampir magrib, saya kaget setengah mati. Saya periksa dulu ke tukang pijat lainnya. Katanya mencari upah tukang pijat. Saya langsung ke dokter minta tes kencing. Kata Dokter, nanti kalau benda itu jernih, dicelupkan, berarti bersih. Sedangkan kalau tanda merah itu hamil. Mudah-mudahan tidak, “kata saya”. Setelah dites, ternyata tanda yang keluar keluar gambar arit seperti cengkeraman merah, tapi saya tidak percaya, sebab Intan sepulang sekolah momong adiknya, sore ngaji. Sehingga saya tidak menaruh curiga. Saya ke dokter Probolinggo membawa Intan, hasilnya dilihat dari komputer, terlihat hasilnya USG. Baru saya percaya setelah lihat hasil Foto USG, ketemu hamil antara 5-6 bulan.
Konselor : Bagaimana Bapak menanyakan kehamilan itu pada Intan?
Klien : Saya tidak ngomong jorok pada anak, saya bilang, “kamu hamil begini tidak bergerak anaknya?”. Sempat saya tanya, “kok gak ngomong”?. Intan bilang, “saya mau dibunuh pak”. Saya berkata, “Nak, saya mau menghadapi kalau kamu diancam siapapun”. Padahal saya tidak pernah memukul siapapun. Saya tidak curiga sedikitpun. Ketemunya ama dokter 5-6 bulan. Saya pernah menyalahkan ke Ibu-ibu (istri saya), Apakah kalau tiap bulan Intan ini, apa ada mensnya?. Katanya ibu,” tiap bulan masih mens itu”. Ibunya yang menyucikan celana dalam Intan. Kata orang, anak saya disebut hamil kemanten. Yaitu hamil tetapi tidak kelihatan.
Konselor : Bagaimana reaksi Bapak setelah tahu Intan hamil?
Klien : Begitu tahu yang melakukan bahwa kakek sepupu dari Intan. Terus saya ceritakan sama istri kakek. Ia bilang, “mungkin Intan itu nakal”, saya marah, “jangan disamakan anak saya dengan orang nakal”. Sampai dapat beberapa hari, istri kakek itu datang kerumah, memberi uang kepada saya untuk menggugurkan kandungan, sebesar tiga juta dua ratus rupiah. Dapat dua hari, diminta kembali. “Mana uang itu, kalau tidak dikasih uang penuh, sama dengan menjual Intan”. Kata istri kakek itu. Akhirnya saya musayawarah dengan istri, sebab kalau sudah 5 bulan, sama dengan membunuh. Berarti saya membunuh anak sendiri. Kalau menggugurkan kandungannya sama dengan membunuh ibu yang sedang hamil. Akhirnya saya simpan uang itu, saya kasih uang itu ke Istri kakek, saya diancam mau dipolisikan.
Konselor : Apa kata Intan kepada Bapak?
Klien : Pengakuan Intan yang memperkosa dua orang, yaitu kakeknya dengan orang laki-laki paruh baya yang lain.

Dari wawancara singkat tersebut, dapat diperhatikan modus pemaksaan kepada anak, selalu disertai dengan ancaman pembunuhan oleh pelaku. Intan yang masih berumur anak-anak diancam akan dibunuh apabila memberitahu kepada orang lain. Ancaman merupakan senjata ampuh pelaku kejahatan untuk memenuhi keinginannya. Ancaman kerapkali membuat kondisi anak labil dan depresi. Keadaan anak yang terancam tidak mampu melawan. Ia terpaksa melayani apa yang diperintah pengancam. Situasi terancam mengakibatkan kekerasan kepada anak datang bertubi-tubi. Ancaman pembunuhan dan tekanan yang dilakukan oleh kakek-kakek sangat menakutkan korban, hingga rela melakukan keinginan bejat kakek tersebut.
Jika ditelaah, ancaman yang dilancarkan berupa intimidasi kepada koban. Intimidasi untu menghabiskan nyawa korban dan seluruh keluarganya apabila memberitahukan perilaku bejat itu kepada orang lain. Modus ancaman seperti ini, merupakan ancaman tingkat tinggi, dimana seluruh akses komunikasi ditutup. Ketakutan membuat korban menjadi sangat diam, tertutup, dan bungkam seribu kata. Sikap diam menjadi taruhan Intan untuk membela orang-orang penting dalam hidupnya, seperti ancaman penghilangan nyawa orang tuanya, dirinya dan keluarganya. Akibatnya, korban menjadi sangat takut dan mengikuti saja apa yang diinginkan oleh pelaku.


Kasus kejahatan pemerkosaan kepada anak-anak memangseperti buah simalakama. Apabila anak melapor telah diperkosa kepada orang tua, maka ia akan mengalami ketakutan karena melanggar aturan/norma masyarakat. Korban takut merasa terhina akibat hilangnya keprawanannya. Disisi lain, ia belum mengetahui dampak dari perbuatan asusila tersebut. Konflik batin tersebut, memicu anak menjadi bingung dan memilih diam.
Faktor budaya timur, bahwa anak harus selalu baik dihadapan orang tua. Anak dididik untuk taat dan patuh serta tidak boleh melawan orang tua, menjadi pemicu ketakutan anak untuk membuka aib atau kejelekan yang dialami. Anak menjadi sangat tertutup dan tidak terbuka kepada orang tua. Apalagimengenai aib yang akan mencoreng muka orang tuanya. Ia lebih memilih untuk tetap diam dan bertingkah laku seperti biasa seakan tidak terjadi apapun yang tengah menimpa hidupnya.

Kesan inilah sebenarnya menjadi pemicu diamnya anak kepada orang tua. Anak tabu menceritakan kekerasan yang dialaminya. Ia menjadi sangat takut untuk bercerita apa yang tengah terjadi. Untuk mengikis budaya tertutup inilah, perlu mulai dari para orang tua bersikap aktiv, menanyakan peristiwa keseharian yang tengah dialami. Komunikasi orang tua dan anak sangat membantu terungkapnya kasus kekerasan yang mengitari anak-anak.

Komunikasi Orang Tua – Anak Perlu Proaktif

Komunikasi orang tua dan anak akhir-akhir ini menjadi tantangan bagi dunia global. Dimana anak memiliki kesibukan sendiri dan orang tua juga mengalami kesibukan tingkat tinggi. Anak sudah dilengkapi dengan permainan yang mengasyikkan, mulai dari Plays tation, game, acara TV, dan HP.demikian orang tua juga mengalami perubahan ritme kerja yang menyita keseluruhan waktu. Akibatnya dunia anak menjadi asing, jarang para orang tua punya waktu bersosialisasi di rumah bersama anak-anak, mengikuti permainan anak-anak dan meluangkan banyak waktu terlibat dalam urusan mereka. Orang tua sibuk ini terus menerus mencekoki anak dengan hadiah-hadiah mahal dan memanjakan anak dengan fasilitas teknologi tinggi. Anak sejak kecil sudah berhadapan dengan permainan game-game yang ada di internet, VCD dan HP.
Lain lagi, dengan tipe orang tua yang dirumah, tetapi tidak mengikuti dunia anak. Mereka setiap hari bertemu dan berkumpul bersama, tetapi sayangnya tidak ada komunikasi secara terbuka. Mereka lebih sekedar orang tua yang suka memerintah, mengancam dengan hukuman dan mencerca kesalahan anak. Anak terbangun hidup dalam kondisi ancaman, tertekan dan tertutup. Anak berusaha untuk menampilkan sikap pura-pura baik dihadapn mereka dengan mengikuti segala polah tingkah laku yang diinginkan oleh orang tuanya. Akhirnya anak menjadi terkungkung dalam tempurung rumah. anak yang tertutup akan cenderung besikap eksklusif.
Sikap eksklusif adalah sikap tertutup dan cenderung menutup diri dari pergaulan. Mereka mengembangkan sikap defensif dan tidak peka terhadap kritik. Mereka dibesarkan dengan sikap angkuh, dan cemas terhadap perubahan luar. Anak-anak yang ekslusif tidak terbuka dan selalu mencari muka. Perilakunya tidak asli, tetapi berpura-pura.

Fenomena ini tampak dalam budaya timur, terutama di pedesaan, yang rata-rata hidup dibawah garis kemiskinan. Pola asuh yang dikembangkan lebih banyak menghukum anak dan mencerca anak mereka. Akibatnya, mereka dibesarkan menjadi anak penakut dan tidak mampu terbuka. Kreativitas mereka telah dibunuh sejak dini, seiring dibesarkan dengan cara yang otoriter.

Lalu bagaimana komunikasi yang proaktif digagas? Cara yang bisa dilakukan ialah dengan cara demokratis. Orang tua sedapat mungkin mengungkap kreativitas anak sejak dini. Para orang tua harus banyak menanyakan kepada anak hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka. Jika sejak kecil anak dirangsang oleh pertanyaan, maka imajinasi anak akan tumbuh pesat. Bukan sebaliknya, para orang tua melarang anaknya berbicara banyak. Melarang anak berbicara atau menyuruh diam lambat laun membunuh sikap kritis anak.

Di Amerika, anak dikembangkan dalam budaya komunikasi yang terbuka. Anak dipicu dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dan diuji daya tangkap anak terhadap persoalan. Anak juga dibiarkan bebas melakukan aktivitas sesuai dengan ingin dan kebutuhan anak. Sedangkan di budaya Asia, anak dipelihara dan tidak dibiarkan bebas melakukan apa yang diinginkan. Anak harus tunduk patuh pada pola yang diinginkan orang tua, misalnya menjadi anak manis, anak penurut dan anak yang tidak banyak tingkah.

Anak-anak yang dibesarkan dengan budaya otoritier melahirkan anak-anak yang introvert, anak yang tertutup. Anak terlalu diam, menghambat bereksplorasi. Anak-anak pasif tidak mampu bangkit dari keterpurukan masalahnya. Mereka tumbuh sebagai anak tidak percaya diri. Mereka bersikap apatis dan pasif. Kreativitas mereka tidak nampak dan mudah menyerah kepada nasib. Anak menjadi boneka para orang tua. Mereka tidak bisa membuat keputusan dan bergantung pada orang lain. Akibatnya, walau pendidikan mereka tinggi, masih banyak ditemukan orang-orang yang tidak bisa bangkit, masih selalu bergantung pada orang tua. Lebih naif lagi, masih banyak ditemukan orang-orang dewasa dan sudah berkeluargapun, masih menggantungkan hidup pada orang tua mereka.

Sikap proaktif akan mendorong anak bersikap aktif. Proaktif orang tua menghantarkan anak bersikap terbuka, apa adanya dan jujur. Proaktif orang tua memacu imajinasi anak menjawab pertanyaan-pertanyaan. Anak mengasah daya khayal mereka secara tinggi. Pengembangan sikap proaktif selayaknya dimulai dari para orang tua, guru, dan orang dewasa. Mereka adalah orang-orang yang berpengaruh penting bagi anak-anak.

Karakter Orang Tua Efektif

Peran orang tua yang baik merupakan idaman setiap orang. Mereka berlatih keras menjadikan keluarga harmoni. Orang tua yang mencerminkan karakter kuat itu ditandai dengan sabar, mampu menyelesaikan masalah, cepat dan kehidupannya senantiasa meningkat. Orang tua yang efektif akan menyelesaikan persoalan secara keatif. Mengapa perlu menjadi orang tua efektif ? Tugas orang tua ialah memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya.

Perawatan terhadap anak-anak yang mengalami perkosaan

Kasus Pemerkosaan anak (Mutilation).
Seorang bocah Gili Ketapang yang berumur 11 tahun memperkosa sepupunya sendiri yang berumur 8 tahun. Kasus ini membawa kekerasan terhadap anak perempuan dibawah umur. (RadarBromo, Selasa, 19 April 2005). Mencermati kasus kekerasan seksual anak dari segi perkembangan umur sangat menarik. Dalam fase perkembangan, anak usia 3-5 tahun, anak sudah mulai mempertanyakan tentang organ seksual kepada ibunya. Anak-anak sering kali bertanya, hal-hal yang dialami dan dirasakannya, seperti, mengapa ia berbeda dengan perempuan dan sebaliknya. Apabila orang tua tidak menjelaskan fase ini sesuai dengan tahap perkembangan anak, maka akan mengalami penundaan tugas perkembangan. Pertanyaan anak menjadi tidak terjawab dan terus menghantui pikiran dan perasaannya. Pada tahap inilah orang tua berperan untuk memberikan penjelasan sesuai dengan usia anak-anak. Bagaimana cara menjelaskan pada anak yang bermur 3-4 tahun? Sedapat mungkin orang tua mau menjawab dengan logika anak. Misalnya, ketika anak menanyakan dari mana mereka lahir? Maka orang tua, bisa mengajak anak untuk menjawabnya, seperti pertanyaan, kalau menurut anak dari mana? Dengan begitu, mereka akan menjawab sesuai dengan khayalannya dan imajinasi anak. Ketika anak menjawab itulah maka orang tua perlu mengajak anak mengeksplorasi semaksimal mungin imajinasi anak yang terbangun dari penglihatan mereka terhadap film televise, majalah, gambar dan kesehariaan yang mereka serap. Namun, jika orang tua memarahi anak dan menganggap hal itu pertanyaan yang tabu, maka anak akan tidak kreatif dan ters berada dalam keraguan. Anak akhirnya tidak mengetahui dan tugas perkembangan hidupnya menjadi tertunda.

Kasus kekerasan anak, berasal dari budaya yang melingkupi kesehariaan anak dimana mereka tumbuh dan berkembang. Seorang naka meman belum mampu mencerna nilai-nilai dengan rasional. Konsep libido seksual pada anak-anak yang tanpa piker itulah menuntut pemahaman dari orang tua secara arif dan bijak. Anak akan bertanya apa saja dan menjadikan apa yang mereka lihat sebagai pelajaran. Maka dari itu, pendampingan anak saat menonton film televise terlebih film yang bernuansa cinta dewasa, perlu dibingkai lagi dengan cerita dari orang tua untuk memberikan nilai-nilai bagi anak. Karena dimata anak, orang tua adalah orang yang selalu benar.

Anak-anak yang melakukan kasus kekerasan seksual, seperti mutilation, yaitu melakukan kekerasan terhadap organ seksual, pemerkosaan, dalah bentuk dari konsep Frued yang menyebutkan bahwa pada usia terentu anak-anak akan dimengalami libido seksual mendominasi. Kasus Sohib merupakan bentuk tugas perkembangannya tertunda, sehingga melampiaskan libido seksualnya kepada sepupunya yang berumur 8 tahun.
Bagaimana mengatasi anak-anak yang sedang tumbuh berkembang agar tercegah dari kekerasan seksual? Langkah yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah memberikan pendampingan kepada anak-ananya dalam berbagai aktivitas. Sebanyak mungkin orang tua terlibat penuh terhadap kehidupan anak. Ada penelitian, bahwa orang tua yang konsisten mematikan televise setiap jam-jam belajar anak, maka prestasi anak akan meningkat. Bahkan orang tua yang tidak membeli televisi sampai usia anak SMP, prestasi akademik anak disekolah meningkat tiga kali lipat.

Sikap konsisten inilah yang akan memberikan anak nuansa aktivitas bersama dengan keluarga secara akatif untuk melakukan banyak hal bersama anak-anaknya. Bagaimana peran sekolah mencegah terjadinya kasus pemerkosaan anak? Sekolah punya banyak cara memberikan pendidikan reproduksi kepada anak-anak di sekolah dasar (SD). Materi kesehatan reproduksi dirangkum bisa dilakukan dengan kurikulum muatan local yang berisi sejumlah pengetahuan tentang organ-organ reproduksi yang harus dijaga dan dilindungi oleh anak-anak. Pendidikan reproduksi ini penting diberikan sejak awal anak-anak menjelang masa pubertas, atau akil baligh. Anak-anak akan siap ketika terjadi perubahan bentuk tubuhnya, seperti pada perempuan akan menstruasi dan laki-laki mulai mimpi basah. Pengetahuan reproduksi sejatinya akan menyalamatkan anak-anak dari kekerasan seksual yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Anak sejak awal akan memiliki ketegasan sikap untuk berkata tidak, apabila ada orang yang menyuruh mereka membuka celana, membuka bajunya, meraba alat-alat reproduksi seperti payudara, vagina, penis, dsb. Anak akan bisa melindungi tubuhnya sendiri dari kekerasan pelecehan seksual.

Memberi keselamatan kepada anak-anak adalah tanggung jawab kita bersama. Menghantarkan anak-anak secara layak menghadapi tugas perkembangan hidupnya merupakan hak-hak anak yang harus diberikan sebaik yang kita bisa. Anak perempuan yang diperkosa dibawah umur tidak bersalah. Kekerasan menimpa tubuhnya akibat tindak kejahatan. Mereka adalah korban kekerasan secara biadab. Mereka patut dilindungi dan dirawat secara baik. Korban pemerkosaan tidak sepatutnya di nista, apalagi disia-siakan hidupnya. Mereka niscaya mendapatkan perawatan secara fisik dan psikis. Mereka mesti tetap bangkit melanjutkan hidupnya. Bagaimana lembaga itu bisa memulihkan luka para korban?

Lembaga tersebut melindungi korban secara aman. Tempat merawat korban yang tengah hamil, melahirkan dan pasca melahirkan. Tempat berlindung para korban tindak kekerasan, seperti panti rehabilitasi, pesantren, dan panti asuhan. Lembaga penampungan anak-anak yang mengalami kekerasan membantu mengobati rasa trauma, depresi dan penyakit somatik lainnya. Kesehatan mental mereka yang mengalami tindak kekerasan perlu dipulihkan dengan terapi. Terapi yang perlu diberikan pada kasus-kasus perkosaan harus menyeluruh, mulai dari eksplorasi psikis yang tergoncang sampai persiapan menghadapi hidup selanjutnya pasca melahirkan.

Tidak mudah bagi seorang anak melahirkan, apalagi belum ada kesiapan mental secara lahir dan batin. Anak yang mengalami kehamilan diluar keinginannya memiliki konsekwensi gangguan psikis yang harus disembuhkan. Misalnya, bagaimana kesiapan mereka melahirkan? Bagaimana mengasuh anaknya? Siapa yang bertanggung jawab membiayai anak yang dilahirkan? Seandainya anak tersebut diadobsi orang lain, bagaimana merelakan buah hatinya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus bergelayut memicu keresahan dan kegundahan hati. Dengan memberikan terapi khusus bagi anak-anak yang mengalami korban perkosaan, akan membantu mereka sadar dan menghadapi hidup dengan lebih tenang dan menerima resiko.

Cara terapi untuk anak-anak korban perkosaan dimulai, dengan:
(1). Mencari akar penyakit yang dideritanya. Jika penyakitnya diketahui, maka obat yang diberikan haruslah mampu menghilangkan rasa sakit. Contoh, jika anak terlanjur diperkosa dan memiliki kelainan mental menjadi sangat tertutup, maka anak perlu dilatih bersikap asertif (terbuka) kepada orang lain. Dengan melatih sikap terbuka, maka akan lebih mudah bagi anak tersebut menerima dan sadar diri keadaannya. Anak menjadi tegar dan waspada untuk tidak mengulangi perbuatan takutnya dengan diam. Namun, jika anakmenjadi trauma dan merasa terancam terus menerus, maka membongkar ketakutan anak tersebut dengan teknik konfrontasi dan melawan keyakinan tidak rasional. Terapis harus melatih anak untuk mengedepankan nilai-nilai rasionalitas untuk menuntun diri mereka.
(2). Memperbaiki rasa percaya diri. Anak perlu di berikan obat atau cara-cara melawan rasa takut. Rasa takut tersebut akan muncul kalau anak tidak percaya diri. Rasa takut berlebihan merupakan gejala depresi. Takut yang tidak beralasan menjadikan anak-anak sakit mental. Gangguan tersebut membuat anak tidak berkembang optimal. Dengan memperbaiki rasa percaya dirinya, akan membantu mereka memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk terus tumbuh berkembang seperti anak-anak yang lain.
(3). Memberikan jalan untuk kembali mengenyam pendidikan. Anak yang telah diperkosa berhak melanjutkan sekolahnya. Jika saat mengalami kehamilan harus berhenti atau cuti sekolah, maka setelah selesai melahirkan, perlu memperoleh haknya kembali bersekolah seperti anak lain. Misalnya anak yang masih duduk disekolah menengah, bisa menyelesaikan sekolahnya hingga tamat. Mengapa sekolah itu penting? Dengan bersekolah lagi, mereka memiliki kesibukan dan tidak larut dalam kesedihan yang menimpanya. Dengan kembali ke bangku sekolah, ada harapan masa depan anak jauh lebih baik, dari pada diam dirumah.

Selengkapnya...





Pembajakan Cinta

Suatu hari, ditengah panas matahari, kedua pasangan kekasih membuat keputusan untuk lari dari rumah. Mereka pergi untuk menghindarkan pertengkaran dengan ibunya. Mereka pergi ke sebuah tempat untuk memaksa agar orang tua mereka merestui hubungan cinta keduanya. Mereka lari dari rumah membawa asmara membara. Mereka lupa bahwa apabila seorang laki-laki dan perempuan berduaan, selalu ada syetan yang menggoda. Godaan untuk melakukan kejahatan. Mereka tertipu syetan dan menodai cinta asmara mereka. Mereka memadu kasih terlarang sebelum ikatan perkawinan. Lantas, apa yang terjadi?

***


Pembajakan Cinta


Oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Suatu hari, ditengah panas matahari, kedua pasangan kekasih membuat keputusan untuk lari dari rumah. Mereka pergi untuk menghindarkan pertengkaran dengan ibunya. Mereka pergi kesebuah tempat untuk memaksa agar orang tua mereka merestui hubungan cinta keduanya. Mereka lari dari rumah membawa asmara membara. Mereka lupa bahwa apabila seorang laki-laki dan perempuan berduaan, selalu ada syetan yang menggoda. Godaan untuk melakukan kejahatan. Mereka tertipu syetan dan menodai cinta asmara mereka.


Tiga hari keduanya pergi dan melepaskan diri dari kenyataan. Mereka memadu kasih terlarang sebelum ikatan perkawinan. Pemuda saling berjanji akan menikahi pemudi. Janji palsu diucapkannya, membuat pemudi memberikan segalanya. Tubuh dan hatinya diserahkan ke pemuda. Mereka terbajak oleh rayuan asmara palsu. Merekapun telah melakukan hubungan suami istri tanpa merasa terpaksa. Mereka memang suka sama suka. Namun, asmara mereka harus berakhir dengan cara cepat, dan menanggung penderitaan panjang.

Mereka tidak punya uang untuk terus lari. Mereka tidak bisa menikmati kemesraan terus menerus dengan cara bersembunyi dari keluarga. Mereka masih terlalu belia dan masih bergantung secara finansial pada orang tua. Hidup tidak bisa hanya dengan cinta. Orang hidup butuh makan dan minum. Merekapun sadar bahwa uang mereka habis. Dan selanjutnya mereka mulai mencari cara bagaimana bisa bertahan hidup dengan terus bersenang-senang.

Sementara, orang tua si pemudi menangis, menjerit mengetahui permata hatinya dibawa lari pemuda. Mereka melaporkannya ke polisi dengan kasus penculikan. Malang benar nasib kedua pasangan yang sedang memadu kasih. Mereka digerebek polisi, si pemuda dinista dan dihukum karena membawa lari anak orang.

Pemuda itu kini harus menghadapi hukuman. Ia tertuduh membawa lari pacarnya sampai tiga hari. Sementara si perempuan, harus menanggung malu karena telah dinodai kesuciannya. Konflik diantara orang tua mereka juga bertambah pelik. Orang tua pemuda mengancamnya tidak akan menikahi perempuan yang telah membuatnya masuk penjara. Sedangkan si ibu pemudi, tidak rela menyerahkan anak perempuannya menikah dengan pemuda yang berniat menyia-nyiakan anaknya.

Semua keluarga telah menderita. Ibu pemudi merasa malu, bingung melihat keadaan anak perempuannya yang telah ternoda keperawananya. Anaknya yang terus mencintai pemuda yang telah menodainya. Sementara pemuda menaruh dendam dan bertekad untuk menceraikan jika dipaksa menikahinya. Konflik terus berlanjut dan menyisakan tangis diantara dua keluarga.

Cinta mereka telah berubah dendam. Cinta palsunya mengobrak abrik keharmonisan hubungan. Konflik mereka telah memisahkan hati keduanya. Cinta telah berubah menjadi benci. Pasangan muda mudi telah dibajak oleh cinta palsu. Cinta yang hanya mengutamakan hasrat seksual. Cinta yang tidak menjaga kesucian jiwa dan raga. Cinta yang mengabaikan pernikahan suci. Cinta buta yang akhirnya membuat penderitaan karena hancurnya perasaan kasih sayang diantara keduanya. Kini tinggal meratapi penyesalannya.

Ibu pemudi selalu gelisah dan menangis memikirkan permata hatinya yang telah dinodai oleh pemuda yang tidak bertanggung jawab. Ia ketakutan dengan ancaman keluarga pemuda yang akan menceraikan putrinya kalau dipaksa untuk menikah. Kalaupun mau menikahi putinya, sewaktu-waktu akan terancam menceraikannya. Kini, merekapun tinggal meratap dan berharap akan ada kesadaran dari akibat perbuatan angkuhnya. Perasaan harga dirinya yang telah tercabik-cabik. Kehormatan Intanknya yang telah direnggut sebelum serah terima (ijab qobul) secara hukum agama.

Pemudi terkapar sendirian dipojok kamar. Merenungi kisah cintanya yang telah jadi puing-puing kehancuran. Hatinya hampa sepertinya luka. Sekujur tubuhnya lelah tidak berdaya. Perasaannya kalut dan kcau. Ia selalu memikirkan kekasihnya yang di bui. Ia merasa hancur dan luluh lantak. Pemudi ketakutan dan terancam menanggung kehamilan. Ia menyesali perbuatannya yang lalu sebagai dan bukti cintanya yang tulus kepada pemuda berbuah derita yang pahit. Pemudi yang harus menanggung beban psikologis parah akibat penyimpangan perilaku cintanya. Pemudi kini harus bertarung untuk menggugurkan kehamilannya jika nantinya ia tidak lagi menstruasi. Pemudi yang harus memiliki rasa berani melawan aib keluarga.

Kondisi psikologisnya yang malu, membuatnya menutup diri dari teman-temannya. Semua orang terasa mencibir dan mencemoohnya. Ia terseok-seok meratapi kisah cintanya yang telah hancur. Cerita diatas, adalah contoh pembajakan cinta palsu. Cinta yang dilakukan dengan mengikuti hasrat seksual semata. Cinta yang mengabaikan kesucian dan kehormatan harga dirinya. Cinta yang dihargai secara rendah. Cinta yang tidak menuntunnya untuk berdamai dengan keluarga.

Cinta nafsu menhhargai diri rendah. Cinta yang tidak mengagungkan nilai-nilai agama. Mengabaikan nilai kesucian diri sebelum jenjang penikahan. Cinta palsu menelantarkan jiwa raga, merenggut kehormatannya. Cinta membajak kejernihan berpikir dan resiko akibatnya. Cinta nafsu mendesakkan dorong impulsif demi tercapai kesenangan raga. Cinta nafsu tidak memandang harkat perempuan.

Bagaimana nasib bagi perempuan ternoda? Hidup getir dan perih. Namun hidup mesti ditapaki agar langkah terus dilanjutkan. Pilihan hidup hanya dua, antara sukses dan gagal. Antara bahagia dan sedih. Diri sendirilah yang menuntunnya, apakah cinta membajak kepalsuan atau cinta menuntun kesucian. Kesucian yang di relakan Tuhan. Kitalah pemegang kunci cinta, apakah dipalsukan atau dibeningkan?. Cinta sebuah sikap diri yang menuntun kebenaran dan kejujuran. Cinta murni menjadi mata hati menerangkan sedangkan cinta nafsu membutakan nurani. Terserah kita mau bersikap, kreatif atau pasif. Memaknainya agar terasah bersih lahir dan batin atau terperosok nafsu kotor.

Kekerasan pembajakan cinta menciptakan lingkaran setan tidak berujung. Orang yang ternoda dan kehilangan harga diri tidak akan percaya diri. Mereka menyalahkan diri dan gagal. Hilangnya rasa percaya diri membuatnya berhenti berusaha, lari dari masalah. Ia merasa cukup gagal dengan pengalaman pahit. Hidupnya hancur lebur. Ia tidak merefleksi kegagalan yang terjadi. Ia tetap saja merasa dirinya benar dan tidak menerima resiko akibat perlakuannya.

Konflik antar keluarga makin melebar. Orang-orang disekitarnya tidak lagi mempercayai keduanya. Mereka tercerai berai oleh konflik yang menekannya. Tekanan sosial makin tinggi. Misalnya, lingkungan keluarga saling membenci, membuat pemudi terus tersudut. Akibatnya hidup tidak bahagia. Ia dikelilingi oleh kesedihan dan kepedihan. Kekerasan yang dialami pemudi bertubi-tubi, mulai dari hilangnya kesuciannya, tidak ada komunikasi dengan teman dan orang tuanya. Ia tertutup, dan merasa sendirian menghadapi penderitaannya. Tubuhnya terguncang dihantui ketakutan hamil. Perasaannya susah dan sering menangis pilu menyayat hati. Tidak ada seorangpun yang bisa memahami kebisuan hatinya. Jiwanya telah mati ditelan pembajakan cinta palsu. Cinta fatamorgana hilangkan kecerdasan hatinya. Cintanya tertutup mendung hitam. Cinta nafsu melahirkan lingkaran setan.


Selengkapnya...





Selingkuh, Racun Keluarga

Seorang istri berteriak lantang kepada suaminya, “Mas, pergilah dan jangan urus dengan siapa akau pergi”. Suaminya tidak kalah lantang menjawab, “Baik, saya akan pergi dan urus dirimu sendiri”. Pertengkaranpun terjadi disebuah keluarga kecil. Apa yang selanjutnya terjadi?

***


Selingkuh, Racun Keluarga


oleh Najlah Naqiyah

(Laporan ini disarikan dari pengaduan masyarakat kepada Puan)


Seorang istri berteriak lantang kepada suaminya, “Mas, pergilah dan jangan urus dengan siapa akau pergi”. Suaminya tidak kalah lantang menjawab, “Baik, saya akan pergi dan urus dirimu sendiri”. Pertengkaranpun terjadi disebuah keluarga kecil. Mereka saling menggerutu dan menyalahkan satu sama lain. Mereka seakan lupa ikatan perjanjian sucinya kepada Tuhan. Mereka pergi meninggalkan rumah yang telah mereka bangun berdua. Si istri pulang ke rumah ibunya, sedang suami pergi entah kemana. Mereka menghabiskan hari dengan saling diam dan tidak ada komunikasi.

Rumah mereka lengang, hiruk pikuk tetangga mulai bertanya, kemana mereka pergi? Tak satupun yang mau perduli dengan percekcokan dikeluarga tersebut. Perlahan, istri tersebut mulai gelisah, karena hidup sendirian. Istri muda itu mulai keluar rumah dan bertemu dengan laki-laki lain. Ia pun berkenalan dan saling curhat. Merekapun menjalani persahabatan. Setiap saat mereka mengadakan janji untuk bertemu, makan bersama dan kadang laki-laki lain itu memberikan uang belanja pada istri tersebut.

Demikian, juga jauh disebrang sana, si suami mulai kesepian, ia bertingkah laku tidak seperti biasanya. Seringkali pergi ketempat-tempat hiburan dan melakukan perkenalan dengan gadis-gadis muda belia. Perselingkuhan terjadi diantara mereka. Entah, kerisauan itupun menjadi langgam hidup keduanya. Mereka tidak tenang dan terus menerus menanam ketidakpercayaan diantara keduanya. Mereka saling berkasak-kusuk dan saling membalas dendam. Tidak ada yang bahagia diantara keduanya. Ditengah kekalutan hidup yang saling selingkuh, si istri kerapkali menangis dan menceritakan kesepiannya kepada adik perempuannya. Ia menginginkan rumah tangganya kembali seperti sedia kala, bersatu dalam rumah tangga sakinah. Adik perempuannya itulah yang mencari tahu banyak tentang kasus perselingkuhan diantara keduanya. Adik perempuan ini mengupayakan jalan untuk bersatu. Ia mencari orang berpengaruh kuat agar mempersatukan kembali. Orang yang mampu menjadi mediator dari hubungan mereka yang renggang. Dengan segala usaha keras, mempertemukan antara suami dan istri, berbicara terbuka dan jujur. Akhirnya, mereka berdua memperoleh kesadaran (insight). Sebentuk kesadaran menerangi langkah mereka. Sinar indah cahaya perdamaian suami istri. Merekapun berniat kembali kerumah mereka dan bersatu dalam naungan kasih sayang diantara keduanya.

Mereka mulai menyadari bahwa perselingkuhan yang dialami keduanya makin menghilangkan rasa percaya antara satu sama lain. Perselingkuhan hanya membawa neraka dalam perkawinan. Akar kekerasan keluarga terjadi diawali oleh rasa tidak percaya diantara keduanya. Mereka saling memberikan racun dan menduga-duga pasangannya dengan cara-cara yang menyakitkan satu sama lain. Pikiran negatif memicu permusuhan dan menebar benci.

Sekelumit kasus diatas, memberikan pelajaran pada keduanya untuk saling menjaga rasa percaya antara istri dan suami. Kesadaran merupakan hal utama sebuah perselisihan. Menyadari bahwa mereka telah melakukan kesalahan dan bertekad memecahkan masalah. Kesadaran mendorongnya tidak melakukan kembali kesalahan yang lalu. Kesadaran menumbuhkan rasa percaya. Mengapa kepercayaan dibutuhkan dalam membina hubungan? Kepercayaan merupakan fondasi dari ikatan pernikahan. Kepercayaan merupakan modal melangsungkan hidup rumah tangga. Rasa percaya memberikan kepercayaan yang lebih besar. Kepercayaan merupakan kunci membangun kasih sayang. Banyak keluarga hancur karena tidak adanya rasa percaya. Kepercayaan menjadi pengikat diantara kedua pasangan laki-laki dan perempuan.

Kasih sayang merupakan sayap pasangan. Kasihnya mampu mendorong sepasang keluarga terbang tinggi dan jauh menghirup bahagia. Bukankah Tuhan menganugrahkan kepada manusia kasih sayang di muka bumi ini? Kepercayaan menumbuhkan rasa kasih sayang disetiap diri pasangan, baik suami dan istri.


Selengkapnya...