Memberi Pendidikan yang Jujur
Radar Bromo, Jawa Pos
KRAKSAAN -Organisasi Puan Amal Hayati Ponpes Syech Abdul Qodir Al Jailani (SAQO) Rangkang Kraksaan siang kemarin menggelar seminar pendidikan Islam di gedung Islamic Center.
Dalam acara itu hadir dua orang narasumber praktisi akademisi. Yakni Marzuki Wahid dari UIN Bandung dan HA Rizqon Khamami dari STAIN Tulungagung. Tak kurang dari 100 perwakilan sekolah di Kabupaten Probolinggo hadir sebagai peserta dalam seminar yang dimulai sekitar pukul 08.00 kemarin.
Marzuki Wahid menjelaskan, pendidikan berbasis keislaman adalah pendidikan yang memiliki ruh keislaman. "Adapun nilai-nilai keislaman itu ialah nilai-nilai yang memiliki kebaikan di dunia dan akhirat. Nilai-nilai yang memiliki cinta sosial yaitu nilai keadilan, perdamaian, kejujuran, tanggung jawab dan membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat," jelasnya.
Menurutnya, pendidikan berbasis keislaman berpedoman kepada amar makruf nahi munkar, yaitu menyerukan kepada kebaikan dan melarang kemunkaran. Mendidik anak selayaknya dengan cara yang ma'ruf (penuh kebaikan) bukan mendidik dengan cara yang munkar (keburukan). "Cara mendidik anak harus dengan cinta dan bimbingan bukan mendidik dengan cara kekerasan," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pendidikan berbasis keislaman itu berfokus pada sistem nilai yang membawa anak kepada kemaslahatan. Pendidikan yang memiliki ruh Keislaman concern kepada persoalan akhlakul karimah, seperti mengajarkan anak jujur, terbuka, tanggung jawab, toleran, hidup sederhana, hormat kepada guru dan orang tua.
"Nilai-nilai tersebut harus hadir pada setiap pembelajaran yang digelar di sekolah. Selama ini, Islam hanya dijadikan simbol-simbol saja. Misalnya, hadist bahwa kebersihan sebagian dari iman, hanya ditempel di dinding sekolah. Tetapi kelasnya kotor dan kamar mandinya bau. Sebagian Guru juga terkadang tidak peduli apakah anak didiknya membuang sampah di sembarang tempat atau tidak," terangnya.
Sementara itu, menurut HA Rizqon Khamami, guru itu hanya memahami Islam hanya dalam konteks ritual saja. "Seperti apakah di sekolah, ada program salat berjamaah, puasa di bulan ramadan, mengumpulkan zakat fitrah, sedangkan pada tataran nilai hidup bersih, tidak boros, jujur kurang mendapat perhatian," katanya.
Alih-alih mendidik anak untuk jujur, seringkali saat ujian guru memberi bocoran soal agar muridnya lulus UNAS. "Hal itu adalah perilaku yang jauh dari sifat jujur. Secara tidak sadar anak telah diajarkan untuk memanipulasi kemampuannya dengan jawaban yang diberikan oleh guru," katanya.
Oleh karena terang H A Rizqon Khamami, untuk melatih kejujuran harus dilakukan oleh keteladanan guru dan orang tua untuk berperilaku jujur. Kejujuran tidak bisa diajarkan dengan cara teori saja atau menghafalkan tetapi mesti dipraktekkan dalam keseharian.
Subaidah, guru PAUD dari Desa Alaskandang menanyakan, bagaimana mengajarkan nilai-nilai keislaman pada anak-anak dan dampak positif dan negatif dari metode pendidikan klasik dan modern
Dengan lugas Marzuki Wahid menjawabnya dengan mengutif perkataan Ibul Qoyyim Al-Jauzi bahwa semua cara yang dilakukan untuk memperjuangkan keadilan dan kemaslahatan adalah Islam. "Jadi apapun metode yang dikembangkan dalam sekolah-sekolah untuk tujuan kemaslahatan dan keadilan adalah Islam. Semua metode pendidikan dari barat, Asia dari timur tengah, apabila hal itu membawa kemaslahatan ummat dan keadilan, maka boleh diterapkan di sekolah-sekolah. Yang paling terpenting adalah bagaimana seorang guru itu mampu mendidik anak didiknya menjadi anak yang selamat dunia akhirat," jawabnya.(ain)
http://jawapos.com/radar/index.php?act=detail&rid=61126
Selengkapnya...